Rabu 08 Jan 2020 11:24 WIB

Keluarga Terima Vonis Reynhard Sinaga

Ibu Reynhard jadi satu-satunya keluarga yang pernah datang ke persidangan di Inggris.

Reynhard Sinaga
Foto: EPA-EFE/GREATER MANCHESTER POLICE
Reynhard Sinaga

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rizky Jaramaya, Erdi Nasrul, dan Haura Hafizhah

MANCHESTER -- Ayah Reynhard Sinaga, pelaku pemerkosaan di Inggris, akhirnya buka suara setelah putranya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Saibun Sinaga mengatakan, hukuman yang diberikan kepada anaknya sudah sesuai dengan tindak kejahatannya.

Baca Juga

"Kami menerima vonis. Hukumannya sesuai dengan kejahatannya. Saya tidak ingin membahas kasus ini lebih jauh," ujar Saibun kepada BBC.

Reynhard (36 tahun) merupakan mahasiswa PhD yang dinyatakan bersalah atas 159 pelanggaran seksual terhadap 48 pria. Dia menjaring korban-korbannya di luar sebuah klub malam di Manchester.

Reynhard membujuk mereka untuk datang ke apartemennya. Dia memberikan minuman yang sudah diberi obat bius dan melakukan aksi bejatnya ketika korban tak sadarkan diri.

Sejumlah teman Reynhard di Universitas Indonesia menyatakan, dia dikenal sebagai lelaki yang flamboyan dan cukup populer di kampus. Selain itu, Reynhard juga ramah, mudah bergaul, dan sangat antusias dalam bidang akademik.

"Dia sangat ramah, mudah bergaul, dan menyenangkan untuk mengerjakan proyek bersama," ujar teman kuliah Reynhard yang tidak mau disebutkan namanya.

Reynhard mengatakan, dirinya telah jatuh cinta dengan Kota Manchester. Dia mengatakan kepada keluarganya bahwa dia ingin tinggal di Inggris selamanya. Reynhard diketahui tinggal di dekat kawasan gay di Manchester. Hal ini membuat dia mudah untuk mengekspresikan orientasi seksualitasnya secara terbuka.

Reynhard adalah anak tertua dari empat bersaudara. Dia tumbuh dalam keluarga Kristen konservatif. Ayahnya adalah seorang pengusaha kaya. Reynhard hidup di Manchester dengan uang kiriman dari ayahnya selama lebih dari 10 tahun, termasuk membiayai apartemennya di Princess Street.

Ibunda Reynhard adalah satu-satunya anggota keluarga yang menghadiri salah satu persidangannya. Dia datang ke prapersidangan pertama, tapi tidak hadir dalam empat persidangan berikutnya. Ibunya menulis pernyataan pembelaan dan memohon agar anaknya dibebaskan.

"Keluarganya menggambarkan dia sebagai anak lelaki religius yang baik, sangat cerdas, yang merupakan pengunjung tetap gereja," ujar seorang pejabat konsuler di Kedutaan Besar Indonesia di London, Gulfan Afero.

Afero mengatakan, Reynhard berada dalam kondisi sehat dan menyadari kasus yang dihadapinya. Afero telah bertemu dengan Reynhard sebanyak tiga kali di penjara.

"Saya bertemu dengannya tiga kali di penjara dan dia tampak bahagia, sehat, dan tenang. Dia mengerti apa yang dia hadapi dan dia tidak menunjukkan penyesalan karena dia bersikeras tidak bersalah. Karena itu, dia tidak merasakan beban," kata Afero.

Ketika menghukumnya seumur hidup di penjara, Hakim Suzanne Goddard QC mencatat referensi dan berkata langsung kepada Reynhard bahwa keluarganya tidak tahu tentang jati dirinya. Hakim menolak pembelaan Reynhard yang menyatakan bahwa dia dan korbannya melakukan hubungan seksual atas dasar suka sama suka.

Hakim menyebut, pembelaan Reynhard adalah omong kosong belaka. Polisi menyatakan telah memiliki bukti Reynhard menargetkan setidaknya 190 korban.

photo
Kasus Reynhard Sinaga di media Inggris

Psikolog menduga predator seks seperti Reynhard Sinaga mempunyai trik khusus untuk berburu korban. Dia akan menggunakan berbagai cara untuk melakukan kejahatannya tanpa diketahui orang.

Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia Reni Kusumowardhani menjelaskan, sebelum kejahatan yang dilakukan Reynhard didahului aktivitas yang mengarah kepada menjalin kedekatan dengan korban. Untuk itu, pelaku berusaha menunjukkan penampilan terbaik sehingga memikat sasarannya.

Reynhard, menurut Reni, menjaga penampilannya agar rapi dengan menata rambut dan berbusana trendi. Dia tidak membawakan diri dengan penampilan yang menyeramkan atau menimbulkan rasa takut.

"Ini terlihat dari penampilan dia yang terekam kamera CCTV,” kata Reni saat dihubungi pada Selasa (7/1).

Bagaimana aksi kejahatan ini bisa terjadi? Reni menjelaskan bahwa ada perencanaan yang dibuat pelaku. Dengan kecerdasannya, pelaku mengalkulasikan besaran keuntungan dan kerugian yang didapat.

"Begitu juga dengan manfaat dan risikonya," ungkap Reni.

Menurut Reni, Reynhard terlebih dahulu melakukan persuasi untuk memikat korban. Hal ini sejalan dengan pemberitaan media setempat yang menyebut pelaku membuat korban berkenan untuk membangun komunikasi terlebih dahulu kemudian diajak masuk ke apartemen.

Pelaku lantas menyiapkan minuman yang dicampur obat bius hingga korban tidak sadarkan diri. Reynhard melancarkan aksi bejatnya tanpa disadari korbannya.

Di samping itu, ada relasi tak seimbang antara pelaku dan korban. Reynhard, contohnya, ingin menunjukkan dirinya lebih unggul, sementara korban dalam kondisi lemah karena mabuk.

Pada akhirnya, kejahatan selalu meninggalkan jejak. Meski Reynhard menggunakan obat gamma-hydroxybutyrate (GHB) yang bisa membuat orang tak sadarkan diri, pada 2 Juni 2017, salah seorang korban terakhirnya tersadar saat sedang diperkosa.

Korban yang merupakan remaja berusia 18 tahun itu melakukan perlawanan terhadap Reynhard lalu menelpon 999. Dari situ jejak kejahatan Reynhard pun terungkap.

photo
Reynhard Sinaga, WNI yang terlibat kasus terbesar dalam sejarah kejahatan seksual di Inggris

Vonis kepada Reynhard di Inggris membuka kemungkinan adanya korban di Indonesia. Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Argo Yuwono mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dahulu dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) terkait kasus pelecehan seksual Reynhard.

"Kami koordinasi dengan Kemenlu terlebih dahulu. Untuk ada korban di Indonesia atau tidak sedang kami cek ya, sedang kami komunikasikan dengan KBRI catatan daripada yang bersangkutan seperti apa, nanti akan kami komunikasikan ya," katanya saat dihubungi.

Reynhard datang ke Inggris sebagai mahasiswa pada tahun 2007, ketika dia berusia 24 tahun. Dia menyelesaikan master dalam bidang perencanaan di Universitas Manchester, kemudian melanjutkan studinya di institusi yang sama dengan mengambil gelar master di bidang sosiologi dan lulus pada tahun 2011.

Reynhard mendaftar untuk meraih gelar PhD dalam bidang geografi di Leeds University. Dia menulis tesis yang berjudul, "Seksualitas dan transnasionalisme. Pria gay dan biseksual Asia Selatan di Manchester". Selain itu, dia kerap menulis esai seputar homoseksual. Beberapa di antaranya diterbitkan secara daring.

Leeds University menangguhkan tesisnya setelah Reynhard ditangkap pada 2017. Kampus tersebut kemudian mengeluarkan Reynhard pada 2018, setelah dia menjalani sidang perdananya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement