Ahad 05 Jan 2020 20:59 WIB

Marak, Gerombolan LSM Abal-Abal Gerilya Memeras ke Desa-Desa

Biasanya oknum-oknum itu menyasar ke desa pinggiran dan perbatasan.

Rep: Joglosemar/ Red: Joglosemar

[caption id="attachment_396152" align="aligncenter" width="476"] Ilustrasi LSM Abal-abal. Foto/Dok JS[/caption]

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM- Pemkab Sragen meminta kepada kepala desa, perangkat, masyarakat atau instansi di bawah untuk berani menolak kehadiran oknum-oknum yang mengatasnamakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) tak jelas. Terlebih, jika oknum itu sudah mencoba memeras atau menakut-nakuti dengan meminta sesuatu maupun uang, sebaiknya segera dilaporkan ke aparat hukum.

Hal itu dilontarkan Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen, Tatag Prabawanto menyusul banyaknya keluhan dan aduan perihal maraknya oknum-oknum berkedok LSM abal-abal yang bergerilya ke desa-desa untuk tujuan mengusik proyek demi mendapat uang atau sesuatu. Sekda mengatakan laporan itu sudah sering diterimanya.

Biasanya oknum-oknum itu menyasar ke desa pinggiran dan perbatasan. "Makanya kami imbau, nggak usah takut. Kalau memang tujuannya sudah nggak baik, mau nyari-nyari sesuatu, menakut-nakuti dengan ujung-ujungnya minta sesuatu atau uang, harus dilawan. Anda punya hak menolak. Dan kalau arahnya sudah memeras dan memaksa, laporkan polisi atau aparat terdekat," paparnya kepada Joglosemarnews.com, Sabtu (4/1/2020).

Sekda menguraikan masyarakat dan Pemdes harus bisa membedakan mana LSM yang resmi dan abal-abal. Karenanya jika memang didatangi oknum yang mengatasnamakan LSM, harus berani menunjukkan dentitasnya dan ditanyakan keperluannya. Jika sekiranya sudah tidak relevan, maka masyarakat atau Pemdes punya hak menolak. Ia juga mengimbau semua pihak tidak perlu takut jika diancam atau ditakut-takuti sepanjang pelaksanaan proyek atau pengelolaan apapun, sudah sesuai aturan.

"Nggak perlu takut. Silakan kalau memang diancam atau ditakut-takuti silakan lapor ke polisi," tandasnya. Sekda juga menyayangkan maraknya oknum LSM abal-abal yang meresahkan itu. Jika dibiarkan, maka dikhawatirkan makin merajalela dan membuat desa maupun masyarakat jadi terganggu dalam mengerjakan proyek atau anggaran desa. "Makanya semua harus kompak dalam menghadapi," tandasnya.

Laporan aksi LSM abal-abal itu kembali marak dalam beberapa pekan terakhir di penghujung tahun 2019. Menurut laporan yang masuk mereka menyasar wilayah pinggiran seperti di Tangen, Sumberlawang, Miri, Plupuh dan beberapa kecamatan lainnya.

[caption id="attachment_396153" align="aligncenter" width="500"] Warga bergotong rotong melaksanakan proyek pengecoran jalan kampung di Desa Sigit Tangen. Proyek di desa pinggiran seperti ini yang rawan menjadi sasaran oknum LSM yang meresahkan masyarakat. Foto/Wardoyo[/caption]

Mayoritas datang secara berkelompok dan mengaku LSM dari Solo, Semarang dan luar Sragen lainnya. Modusnya hampir sama. Menanyakan data proyek dan pengelolaan dana desa, bantuan aspirasi di desa, hingga PTSL atau Prona.

Kemudian mencari-cari kesalahan, menakut-nakuti melanggar aturan dan akan dilaporkan ke Polda, Polres atau Kejaksaan. Lantas ujung-ujungnya mereka meminta imbalan sejumlah uang hingga jutaan jika tidak ingin dilaporkan.

Terpisah, sejumlah tokoh di beberapa desa di Tangen juga mengaku resah dengan kehadiran oknum mengaku LSM ke desa mereka belakangan ini. Oknum-oknum yang mengaku dari Semarang dan Solo itu datang menyoal proyek cor jalan, proyek jalan antar dukuh yang disalah-salahkan dan dinilai lambat.

"Padahal kalau di desa itu dikerjakan swakelola warga, pasti dijalankan apa adanya. Tapi warga desa kadang resah kalau didatangi oknum-oknum dan ditakut-takuti katanya melanggar aturan. Akhirnya jadi mengganggu jalannya proyek. Yang kami khawatirkan, kalau nanti masyarakat sampai marah dan bertindak, baru tahu rasa mereka. Makanya kami sangat berharap aparat polisi juga bisa mengawasi pergerakan LSM abal-abal seperti itu. Kalau perlu ditangkap saja biar nggak bikin resah masyarakat," ujar No, salah satu tokoh di Tangen, Sabtu (4/1/2019).

Terpisah, salah satu Kades di Tangen yakni Kades Desa Sigit, Wardoyo menegaskan pelaksanaan proyek di desanya sudah dikerjakan secara baik dan sesuai ketentuan. Soal masih ada proyek cor jalan di Dukuh Keyongan-Ngampel yang saat ini dikerjakan, karena memang dananya agak terlambat cair dan terkendala cuaca hujan. "Tapi enggak masalah, pengerjaannya memberdayakan warga dan dikerjakan sesuai ketentuan," ujarnya. Wardoyo

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan joglosemarnews.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab joglosemarnews.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement