REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pejabat Pemprov DKI Jakarta menyaksikan saat Gubernur Jakarta Anies Baswedan menceburkan diri di genangan banjir Teluk Gong, Kelurahan Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat petang.
Anies tiba-tiba turun dari perahu karet, tatkala puluhan warga meneriaki namanya dan meminta bersalaman serta foto bersama. Pejabat lainnya Sekretaris Daerah Jakarta Saefullah dan Wali Kota Jakarta Utara Sigit Wijatmoko hanya menonton dari atas perahu karet.
Genangan air dari banjir Jakarta setinggi pinggang orang dewasa. Warga sempat memanggil dua pejabat itu untuk turun bergabung, namun tidak bergeming dari atas perahu karet.
Hampir lima menit lamanya, Anies bercengkerama dengan warga Teluk Gong di genangan banjir. Bukan hanya warga, puluhan pekerja sarana dan prasarana umum (PPSU) ikut memanfaatkan momen tersebut. "Pak Anies, Pak Anies, Pak Gubernur," teriak warga tak henti-hentinya.
Hingga perahu karet yang mengantar Anies mulai berjalan, warga tetap memanggil nama Anies. Bahkan anak-anak di lokasi pengungsian Masjid Almuhajirin terus menyanyikan yel-yel terimakasih.
Kunjungan mendadak
Pada Jumat siang, aktivitas warga Teluk Gong korban banjir terlihat sangat sibuk. Tubuh mereka hampir semuanya basah, karena terus berjibaku dengan banjir yang juga belum surut.
Selain berjalan kaki di genangan air, sebagian warga juga menggunakan perahu karet dan kasur angin sebagai alat transportasi. Tujuan mereka untuk mengambil bantuan makanan siap saji, atau bahan makanan di posko, untuk dibawa ke rumah atau pun lokasi pengungsian.
Siang itu, para petugas di posko bantuan tanggul Banjir Kanal di Jalan Teluk Utara, belum mendapatkan informasi kedatangan Anies Baswedan. "Total jumlah pengungsi di Kelurahan Pejagalan sebanyak 406 jiwa," kata kasi Pemerintahan, Kelurahan Pejagalan, Saiful Hidayat.
Para pengungsi itu tersebar diantaranya di Masjid Baitul Mutaqin 100 jiwa, Mushola Nurul Amal 50 jiwa dan Pesantren Mujahirin 65 jiwa.
Wali Kota Jakarta Utara Sigit Wijatmoko dikabarkan akan mengunjungi lokasi pengungsian di Teluk Gong. Persiapan pun dilakukan, perahu karet milik posko TNI sudah dipersiapkan untuk membawa wali kota.
Jarak lokasi pengungsian dan posko cukup jauh. Beberapa petugas PPSU pun bahkan telah siap untuk mendorong perahu karet itu. Cukup lama menunggu sang wali kota, akhirnya perahu karet yang tersedia dipergunakan untuk mengangkut logistik makanan siap saji ke pengungsi.
Beberapa waktu kemudian, Sigit pun tiba di lokasi. Perahu karet sudah tidak ada. Para pejabat bawahan terlihat sibuk mencari kendaraan pengati, namun tidak ada.
Kabar pun datang, orang nomor satu di Jakarta dikabarkan bersama sekretaris daerah datang ke Teluk Gong. Segala persiapan pun kembali dilakukan. Sigit pun batal berangkat sendiri, karena harus menungu pimpinan tertinggi Anies Baswedan.
Hampir tiga jam lamanya, Gubernur Anies ditunggu, apakah kabar dia datang ke Teluk Gong benar atau tidak. Tepat pukul 17.40 WIB, gubernur tanpa wakil itu tiba.
Menyapa pengungsi
Safari lokasi pengungsian pun dimulai. Satu perahu karet disiapkan untuk Anies Baswedan, Saefullah dan Sigit Wijatmoko. Perahu lainnya dipakai Lurah Pejagalan dan Camat Penjaringan.
Wartawan pun disiapkan satu perahu karet sebagi pendokumentasi. Satu perahu karet terakhir diisi bantuan makanan siap saji, tikat, selimur, air mineral dan logistik lainnya.
Satu persatu perahu mulai di dorong dan dikayuh menuju lokasi pengungsian yang sudah ditetapkan. Sepanjang perjalanan, masyarakat meneriaki nama Anies Baswedan bak pahlawan yang akan menyelesaikan masalah mereka.
Berpapasan dengan perahu karet, warga bertahan di lantai dua rumahnya hingga mereka yang berjalan di genangan, Anies tetap tersenyum dan warga pun balik menyapa Anies.
Lokasi pertama telah ditentukan, Masjid Almuhajirin. Lokasi Majid berdekatan dengan pesantren. Anies cukup lama melihat kondisi tempat itu.
Tepat di depan Masjid Almuhajirin, Anies tiba-tiba berbaur dengan warga yang berada di genangan air. Foto bersama hinga mendengarkan curhat para warga Teluk Gong.
Safari lokasi pengungsian terbilang sukses. Anies pulang dengan pakaian hampir setengah badan basah. Sementara Sigit Wijatmoko pulang dengan ujung celana basah, karena air masuk di sepatu boat-nya.
Kesuksesan semuanya tidak lepas dari perjuangan para petugas PPSU dan personel TNI. Mereka berjibaku di genangan banjir, menjaga keseimbangan perahu karet, agar para pejabat pemerintah dan para wartawan tidak basah-basahan.