Jumat 03 Jan 2020 04:30 WIB

Korban Banjir Jakarta, Belum Makan Hingga Seragam Hanyut

1.000 korban banjir mengungsi di Kembangan Utara.

Seorang warga melintasi banjir di kawasan Kampung Baru, Kembangan, Jakarta Barat, Kamis (2/1/2020).
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Seorang warga melintasi banjir di kawasan Kampung Baru, Kembangan, Jakarta Barat, Kamis (2/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Bu, kami belum makan. Bantu kami bu," kata seorang perempuan korban banjir Jakarta dengan rambut terikat itu menyeruak dari keramaian. Perempuan bernama Lina (20 tahun), korban banjir Jakarta itu mengaku sejak Kamis (2/1) pagi belum makan nasi. Ia hanya mengganjal perutnya dengan gorengan.

Lina merupakan satu dari ratusan warga Kampung Baru, Kembangan Utara, Jakarta Barat, yang mengungsi di aula Yaskum Indonesia akibat banjir Jakarta. Di aula terbuka tersebut, Lina bersama suami dan anaknya tidur beralaskan tikar sejak Rabu (1/1) dini hari. Belum selesai Lina bercerita, perempuan di sampingnya berkomentar.

"Kami tidak punya baju lagi, semuanya sudah terendam. Rumah cuma terlihat atapnya saja. Cuma ini yang ada di badan," kata Aam (40), sambil memegang lengan anak perempuannya.

"Seragam sekolah, buku-buku semuanya hanyut dibawa banjir. Padahal Senin sudah masuk sekolah," timpal perempuan lainnya yang bernama Turipah (39).

Turipah menceritakan dirinya dan keluarganya mengungsi tak lama setelah air masuk ke dalam rumahnya pada Rabu pukul 04.00 WIB. Turipah tak sempat menyelamatkan harta bendanya karena luapan air dari Sungai Pesanggrahan semakin menggenangi rumahnya.

Meski kawasan kampung tersebut tergolong langganan banjir, Turipah mengaku baru kali ini banjir merendam rumahnya hingga ke atap. Biasanya, hanya selutut atau sepinggang orang dewasa.

Banjir yang terjadi pada awal tahun tersebut lebih dahsyat dari sebelumnya karena air tergenang hingga ke jalan raya hingga Jalan Kembangan Baru. "Sampai saat ini, belum ada bantuan yang datang," ujarnya.

Terdapat setidaknya 1.000 korban banjir yang mengungsi di kawasan pengungsian tersebut. Para pengungsi terdiri dari anak-anak, orang dewasa hingga orang tua.

Turipah mengaku khawatir dengan kesehatan anak-anaknya. Anak-anaknya tidak mempunyai baju ganti dan juga selimut. Ia khawatir, dinginnya pengungsian membuat kesehatan keluarganya terganggu.

Turipah juga berharap ada bantuan dari pemerintah dan masyarakat untuk meringankan beban yang dideritanya dan korban banjir lainnya, terutama bantuan seragam sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak korban banjir.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement