Senin 30 Dec 2019 12:26 WIB

Pasar Johar yang Kini Sudah Berdiri Lagi

Pasar Johar pernah menjadi pasar terbesar se-Asia Tenggara

Presiden Jokowi meninjau Pasar Johar Semarang, Jawa Tengah, Senin (30/12). Pasar Johar baru selesai dibangun kembali setelah terbakar di tahun 2015.
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
Presiden Jokowi meninjau Pasar Johar Semarang, Jawa Tengah, Senin (30/12). Pasar Johar baru selesai dibangun kembali setelah terbakar di tahun 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra dan Bowo Pribadi

SEMARANG -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini meninjau Pasar Johar di Semarang, Jawa Tengah. Bangunan pasar tersebut baru saja rampung direvitalisasi setelah terbakar habis 2015 lalu.

Baca Juga

Presiden meminta Pemkot Semarang segera merampungkan pendataan pedagang untuk masuk ke Pasar Johar.  "Yang paling penting, pedagang segera masuk ke Pasar Johar. Meskipun saya tahu losnya belum cukup, sehingga nanti yang di sebelah selatan, akan dikerjakan lagi oleh Menteri PU," ujar Jokowi, Senin (30/12).

Jokowi juga mengimbau masyarakat dan para pedagang untuk menjaga kebersihan dan kerapihan Pasar Johar. Bangunan yang baru memang dibangun kembali dari sisa kebakaran hebat pada 2015 lalu. Gaya bangunan pun dibuat sama persih, namun lebih modern.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan pembangunan kembali Pasar Johar dilakukan sejak Agustus 2018. Bangunan pasar bagian cagar budaya ini siap ditempati pedagang. Pemerintah Kota Semarang saat ini sedang merampungkan proses pemilihan pedagang yang akan masuk mengisi pasar.

Sebelum terjadi kebakaran pada 2015, Pasar Johar sebelumnya mampu menampung 7.000 pedagang, dan kini yang sudah siap dihuni untuk sekitar 4.000 pedagang. Basuki menyebutkan, kapasitas pasar yang telah direhabilitasi tersebut masih kurang sehingga tidak bisa menampung semua pedagang dan perlu dilakukan pemilihan pedagang yang dilakukan secara seksama oleh Pemkot.

"Walikota Semarang juga perlu melanjutkan pembangunan pasar Johar Selatan, yang kemungkinan akan memiliki tiga atau empat lantai," ujarnya.

Program revitalisasi Pasar Johar yang ditangani Kementerian PUPR sudah dikerjakan sejak 2018 di bagian tengah dan utara pasar. Kementerian PUPR sendiri ditugaskan membangun bagian bangunan cagar budaya.

Pasar Johar sudah sejak lama menjadi pasar sentral dan menjadi denyut nadi perekonomian Jawa Tengah. Sebelum dilakukan rehabilitasi, kondisi Pasar Johar yang dibangun tahun 1930-an oleh arsitek Belanda Herman Thomas Karsten telah mengalami kerusakan.

photo
Kondisi bangunan bekas kebakaran cagar budaya Pasar Johar Semarang, Jawa Tengah, Senin (8/5).

Terbakar di 2015

Pasar Johar terbakar pada 9 Mei 2015. Ketika itu api sulit dipadamkan karena hidran di sekitar Pasar Johar Semarang tidak berfungsi saat kebakaran melanda pasar terbesar di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah itu, kata Wali Kota Semarang saat itu Hendrar Prihadi. "Hidran tidak berfungsi," katanya, lima tahun lalu.

Proses pemadaman kebakaran yang terjadi pada Sabtu malam dibantu oleh kendaraan pemadam kebakaran dari wilayah di sekitar Semarang. Petugas juga memperoleh pasokan air dari Kali Semarang.

Setelah kebakaran, Pemkot menyiapkan lokasi penampungan sementara pedagang. Ketiga lokasi sementara, yakni lantai 2 Pasar Hygienis Rejomulyo, lantai tiga Pasar Bulu serta tempat parkir Kanjengan, yang berada tepat di belakang Pasar Johar.

Dari tiga tempat sementara itu pedagang akhirnya pindah ke pasar darurat di Masjid Agung Jawa Tengah. Namun, hingga 10 bulan kebakaran berlalu, pedagang tidak kunjung mendapat kepastian relokasi pedagang.

Mulai tempat relokasi pedagang di kawasan Masjid Agung Jawa Tengah, pengundian lapak pedagang yang jauh dari keinginan para pedagang, hingga infrastruktur yang tersedia. Para pedagang Pasar Johar akhirnya baru direlokasi pada 1 April 2016, atau setahun lebih setelahnya.

photo
Pasar Johar Semarang di masa lalu (dok Wikipedia).

Sejarah Pasar

Saat memulai proses desain untuk pembangunan Pasar Johar, Pemkot Semarang memastikan keberadaan bangunan cagar budaya Pasar Johar tetap dipertahankan sesuai prinsip konservasi dalam pembangunannya nanti. Kepala Bidang Perencanaan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Semarang M Farchan di tahun 2016 mengatakan penanganan terhadap Pasar Johar pascakebakaran harus dilakukan ekstra hati-hati karena keberadaan bangunan cagar budaya, terutama perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatannya.

Farchan mengatakan pemanfaatan Pasar Johar setelah dibangun kembali nantinya juga harus dikaji dan dibahas bersama. Jangan sampai pembangunan menyalahi fungsi konservasi dalam pemanfaatannya.

"Khususnya, Pasar Johar Tengah dan Utara. Apakah akan dikembalikan lagi (fungsinya) sebagai pasar atau digunakan untuk kegiatan lain. Kan belum disimpulkan, masih harus dibahas," katanya.

Dikutip dari laman Kemdikbud, Pasar Johar pernah menjadi pasar terbesar se-Asia Tenggara.

Sejarah Pasar Johar diawali sekitar tahun 1860. Saat itu Pasar Johar masih berupa pasar di sebelah timur Alun-Alun Kota Semarang yang dipagari oleh deretan pohon Johar di tepi jalan.

Kebetulan letak pasar Johar berdekatan dengan penjara. Saat itu Pasar Johar dijadikan sebagai tempat menunggu untuk orang yang menunggu kerabatnya di penjara.

Pada tahun 1931, gedung penjara tua di dekat pasar Johar dalam rangka pendirian Pasar Centraal dengan tujuan mempersatukan fungsi lima pasar yang telah ada, yaitu pasar Johar, Benteng, Jumatan, dan Pekojan.

Bangunan Pasar Johar dirancang oleh Ir Thomas Karsten pada tahun 1933. Pada tahun 1936 rancangan tersebut diubah dalam rangka peningkatan efisiensi ruang.

Bangunan Pasar Johar dibuat di atas Pasar Djohar lama dan Pasar Pedamaran. Mengingat kondisi tanah yang kurang luas, maka Pasar Johar mengambil sebagian tanah alun-alun, penjara kabupaten, dan beberapa toko-toko tua di sekitarnya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement