Rabu 18 Dec 2019 16:48 WIB

Wiranto yang Kini tak Lagi Dihormati Partainya Sendiri

Wiranto tak diundang dalam acara Munas III Partai Hanura.

Ketua Dewan Pembina Partai Hanura Wiranto (kiri) didampingi Ketua Dewan Kehormatan Chairuddin Ismail (kanan) saat menyampaikan keterangan pers di Jakarta, Rabu (18/12/2019).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Ketua Dewan Pembina Partai Hanura Wiranto (kiri) didampingi Ketua Dewan Kehormatan Chairuddin Ismail (kanan) saat menyampaikan keterangan pers di Jakarta, Rabu (18/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febryan A, Nawir Arsyad Akbar

Partai Hanura menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) pada 17-19 Desember 2019. Namun, dalam gelaran munas ketiganya itu, pihak panitia tak mengundang Wiranto yang merupakan pendiri partai sekaligus ketua umum pertama Hanura.

Baca Juga

"Ya, memang Pak Wiranto tidak wajib diundang. Karena kita hanya pihak internal. Dan Pak Wiranto bukan bagian dari struktur DPP," kata Ketua Pelaksana Munas Ketiga Hanura, Benny Ramdhani, saat konferensi pers di Kantor DPP Hanura, City Tower, Jakarta Pusat, Senin (16/12).

Wiranto tidak lagi bagian dari struktur DPP Hanura, kata Benny, karena memang namanya tak tercatat dalam surat keputusan (SK) pengurus Hanura yang ditetapkan Kementerian Hukum dan Ham (Kemenkumham). "Tidak ada unsur posisi dewan pembina (Wiranto). Hanya ada Dewan Penasehat, Dewan Kehormatan, lalu langsung Eksekutif," ucapnya.

Benny pun memperlihatkan SK tersebut kepada wartawan. Memang tak tampak nama mantan Panglima ABRI itu tercentum dalam lampiran dengan judul 'Susunan Pengurus Dewan Pimpinan Pusat Partai Hati Nurani Rakyat Masa Bakti 2015-2020' itu.

Benny menegaskan, tak masuknya nama Wiranto, yang kini menjabat Ketua Wantimpres itu, bukanlah karena penolakan dari pihaknya, tapi memang karena tak tercantum di SK yang merupakan hasil Munas Solo. Ia pun mengaku hanyalah menjalankan amanat AD/ART Munas Solo pada 2015.

Selain perkara tak tercatat sebagai bagian dari pengurus, tak diundangnya Wiranto juga buntut dari konflik internal di Partai Hanura. Benny mengatakan, saat terjadi konflik internal, Wiranto malah berpihak dan mendukung DPP ilegal yang dikomandoi Sarifuddin Sudding.

"Bagaimana mungkin orang yang memberikan dukungan kepada DPP Hanura ilegal kemudian mau ngurusin dan ikut campur dalam DPP Hanura dibawah kepemimpinan Pak Oesman Sapta Odang (OSO)," kata Benny yang juga menjabat sebagai Ketua DPP Hanura itu.

Perpecahan internal Partai Hanura mulai mengemuka pada Januari 2018 lalu. Aksi saling pecat pun terjadi. Kubu OSO memecat Sudding dari jabatan Sekjen. Sedangkan kubu Sudding memecat OSO dari posisi ketua umum.

Kala itu, kubu OSO menggelar pertemuan untuk konsolidasi di Hotel Manhattan, Jakarta Selatan. Dalam pertemuan itu, OSO didampingi sejumlah wakil ketua umum dan ketua DPD Hanura.

Sementara kubu Sudding menggelar pertemuan di Hotel Ambhara, Jakarta Selatan. Selain Sudding, kubu ini disebut-sebut turut dihadiri pendiri Hanura, Wiranto dan Subagyo HS.

Menanggapi Munas Hanura, Wiranto merasa tak dihormati oleh kepengurusan partai yang saat ini dipimpin oleh Oesman Sapta Odang (OSO).

"Saya tidak dibormati sebagai pendiri partai, tidak dihormati sebagai orang yang berjuang membesarkan partai 10 tahun," ujar Wiranto di Hotel Century Park, Jakarta, Rabu (18/12).

Ia juga bahkan dituduh berkhianat oleh sejumlah internal partai, setelah menerima posisi sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan. Padahal, saat itu ia mengundurkan diri dan menyerahkan posisi ketua umum kepada OSO.

"Bahkan dimaki, dituduh pengkhianat dan sebagainya, dengan cara lain saya akan terus membangun partai ini," ujar Wiranto.

photo
Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang memberikan pidato saat pembukaan rapat pimpinan nasional (Rapimnas) di Jakarta, Rabu (20/11/2019). Rapimnas itu mendeklarasikan slogan baru yaitu 'from zero to hero'.

Selain itu, Munas III Partai Hanura yang digelar pada 17 hingga 19 Desember 2019, dinilai Wiranto sudah cacat. Pasalnya, banyak permasalahan di internal partai, sehingga membuat Hanura tak lolos ke perlemen pada Pemilu 2019.

"Saya melihat Munas ini roh yang sudah berbeda. Semngatnya sudah berbeda dan selalu ingin berkonflik dengan Ketua Dewan Pembina," ujar Wiranto.

Untuk itu, ia juga mengundurkan diri dari posisinya sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Hanura. Wiranto mengaku ingin fokus pada posisinya sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).

"Itu kesadaran politik saya, biarlah partai ini tenang, biarlah partai ini berjuang terus dan saya punya tugas yang lebih penting dari presiden," Wiranto.

Ia juga menegaskan, tidak ada desakan atau intervensi atas mundurnya dia dari posisi tersebut. Wiranto juga mengaku tak dipecat oleh pengurus Partai Hanura saat ini.

"Itu ya, jadi jangan dibalik-balik. Jadi bukan karena didesak, kalau semakin didesak saya semakin tidak mau mundur, karena ada waktu tiga bulan (masa jabatan sebagai Ketua Dewan Pembina Hanura)," ujar Wiranto.

Ditanya soal ketidakhadiran Wiranto, Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) hanya menjawab singkat soal itu.

"Ya bagaimana ya," jawab singkat OSO usai menghadiri Munas III Partai Hanura, di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (17/12).

Ia beralasan, di Partai Hanura sudah tak ada lagi posisi Ketua Dewan Pembina. Sehingga, ia bukan lagi merupakan bagian dari Partai Hanura.

"Sekarang kita sudah tidak ada Dewan Pembina di struktur organisasi, kita sesuai dengan keputusam Kemenkumham. Jadi kita berdasarkan AD/ART," ujar OSO.

[video] BIN: Pelaku Penusukan Wiranto Anggota JAD

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement