Senin 16 Dec 2019 19:44 WIB

Sistem Wayfinding tak Kurangi Petugas Transjakarta

PT Transjakarta terus melakukan evaluasi sistem wayfinding.

Rep: Umi Soliha/ Red: Indira Rezkisari
Transjakarta mulai memberlakukan sistem wayfinding di beberapa koridor.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Transjakarta mulai memberlakukan sistem wayfinding di beberapa koridor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) kembali melakukan uji coba sistem wayfinding yaitu layanan Transjakarta tanpa petugas layanan bus di dalam bus di koridor 6 (BRT Ragunan-Dukuh Atas 2) dan 13 (CBD Ciledug-Kapten Tendean). Direktur Utama Transjakarta Agung Wicaksono mengatakan tidak ada pengurangan petugas meskipun diterapkannya sistem ini.

"Tidak ada pengurangan karena rute dan armada bertambah, hanya saja jumlah karyawan tetap tidak bertambah," jelasnya saat di hubungi di Jakarta, Senin (16/12).

Baca Juga

Ia menyampaikan akan terus melakukan evaluasi jika selama masa uji coba ditemukan kendala. Salah satunya terkait voice announcer yang terkadang tidak akurat.

Sebab, jika pelayanan petugas on board ditiadakan voice announcer yang akan menjadi satu-satunya petunjuk arah pagi penumpang. Ia melanjutkan, penerapan sistem baru ini bertujuan agar budaya mandiri bertransportasi masyarakat terus meningkat.

"Seperti di negara-negara lain, yang sudah tidak ada petugas sama sekali,"ujarnya.

Ia menjelaskan,  petugas yang biasanya mengarahkan perjalanan di atas bus dipindahkan ke halte. Petugas hanya akan berada di halte untuk membantu para penumpang turun.

"Nanti petugas yang berada di halte akan membantu dan mengingatkan untuk menjaga keselamatan saat melangkah keluar bus,"ujarnya.

Ia juga menyampaikan, masyarakat menyambut positif dengan diterapkannya sistem wayfinding tersebut. Agung mengatakan, masyarakat sudah secara mandiri menggunakan layanan tanpa dibantu oleh petugas.

Dengan kemandirian tersebut, petugas on board hanya perlu memastikan masyarakat mematuhi memahami sistem baru tersebut.

Salah satu pengguna Transjakarta, Clara (22), mengaku kesulitan dengan tidak adanya petugas yang berada di dalam. Sebab, selama ini petugas yang mengarahkan rute jika dirinya tidak mengetahui dengan jelas rute yang dituju.

"Kesulitan kalau tidak ada petugas. Kalau misalnya tidak tahu jalur terus harus tanya ke petugas di luar kan tidak efektif," ujarnya.

Ia juga mengaku khawatir jika tidak ada petugas di dalam bus. Jika ada penjahat, kata dia, tidak ada yang bisa cepat membantu.

Beda halnya dengan Clara, Rudi (40) justru tidak keberatan jika petugas di dalam bus di iadakan. Menurutnya, adanya petugas di dalam atau di luar selama mereka masih membantu penumpang tidak akan menjadi persoalan.

"Tidak apa-apa sih kalau tidak ada petugas di dalam bus. Apalagi kalau tujuannya baik buat masyarakat lebih mandiri,"ujarnya.

Sebelumnya, PT Transjakarta menguji coba sistem baru yang disebut wayfinding di koridor 1 rute Blok M-Kota. Dengan adanya penerapan sistem ini, tidak akan ada petugas di dalam bus, selain sopir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement