REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Jumlah warga yang menjadi korban keracunan makanan di Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi bertambah banyak. Hingga Ahad (15/12) siang, tercatat sebanyak 83 warga mengalami gejala keracunan.
Data Dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi menyebutkan, dugaan keracunan makanan terjadi di dua wilayah berbatasan yakni di Kampung Barujagong RT 04 RW 10 Desa Cisarua dan Kampung Sinagar Kolot RT 01 RW 08 Desa Nagrak Utara, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi. Lokasi kedua wilayah berbatasan antara Desa Cisarua dan Desa Nagrak Utara.
"Dari laporan yang masuk jumlah warga yang keracunan mencapai sebanyak 83 orang," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi Damayanti Pramasari kepada Republika.co.id, Ahad (15/12). Data tersebut berdasarkan laporan yang masuk hingga pukul 12.30 WIB.
Sebelumnya berdasarkan data pada pukul 10.00 WIB jumlah yang keracunan hanya sebanyak 47 orang. Damayanti menuturkan data terbaru menunjukkan ada penambahan sehingga menjadi sebanyak 83 orang.
Rinciannya sebanyak 58 orang mendapatkan penanganan di Puskesmas Nagrak dan 23 orang penanganan di posko lokasi kejadian di Desa Nagrak Utara dan Cisarua. Selain itu ada 2 orang yang di rujuk ke RSUD Sekarwangi karena sebelumnya sudah kondisi sakit.
Dinkes kata Damayanti berupaya memberikan penanganan yang maksimal terhadap para korban keracunan. Harapannya para korban bisa segera pulih setelah mendapatkan penanganan baik di posko kesehatan, puskemas maupun rumah sakit.
Eva menuturkan, keracunan diduga berasal dari makanan yang dibagikan dalam mauludan. Makanan yang dibagikan yakni telur, gudeg nangka, mie, dan sambal.
Menurut Damayanti, makanan tersebut tepatnya dibagikan pada Sabtu (14/12) sekitar pukul 07.00 WIB. Namun warga baru mengeluhkan gejala keracunan pada Sabtu malam sekitar pukul 23.00 WIB.
Damayanti mengungkapkan, pasien pertama mulai datang ke Puskesmas Nagrak pada Ahad sekitar pukul 08.00 WIB. Rata-rata mereka datang dengan keluhan mual, muntah dan diare.
Lebih lanjut Damayanti menjelaskan, petugas di lapangan juga akan mengambil sampel makanan yang nantinya diperiksa di laboratorium. Upaya ini diperlukan untuk memastikan penyebab pasti dari keracunan makanan tersebut.
Namun kini petugas masih fokus pada upaya penanganan para korban keracunan. Kejadian ini menambah daftar panjang kasus keracunan di Kabupaten Sukabumi pada 2019.
Sebelumnya keracunan makanan terjadi di Desa Sirnamekar, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi akibat mengkonsumsi makanan syukuran salah seorang warga pada 16 November 2019 lalu. Jumlah total warga keracunan mencapai 77 orang dan dua orang meninggal dunia.
Berikutnya, keracunan makanan terjadi di Kampung Babakan RT 03 RW 18 dan RT 19 RW 04 Kedusunan Ciangkrek, Desa Mekarasih, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi pada 16 September 2019 lalu. Warga merasakan gejala keracunan seperti mual-mual, pusing, diare, dan muntah setelah mengonsumsi makanan yang disajikan dalam acara hajatan pernikahan salah seorang warga.