Senin 09 Dec 2019 18:54 WIB

Bonus Demografi Bisa Percepat Pengentasan Kemiskinan

Mencontoh Cina, penguatan sektor pertanian di desa dapat menurunkan angka kemiskinan.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolanda
Kemiskinan, ilustrasi
Foto: Republika
Kemiskinan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bonus demografi dapat dimanfaatkan untuk percepatan pengentasan kemiskinan di Indonesia. Founder dan Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Hendri Saparini menyampaikan ini telah teruji di beberapa negara seperti Jepang, Cina, Thailand hingga Vietnam.

"Mereka memanfaatkan bonus demografi untuk mempercepat pengentasan kemiskinan," kata dia dalam Indonesia Poverty Outlook 2020 IDEAS Dompet Dhuafa, di Wisma Antara, Jakarta, Senin (9/12).

Baca Juga

Cina bisa menurunkan angka kemiskinannya dari 65 persen menjadi 10 persen saat ini. Cina fokus di sektor pertanian selama 10 tahun untuk meningkatkan kelas penduduk desanya. Pada 2007, jumlah kelas menengah di Cina mencapai 53,9 persen atau 636 juta orang dan mayoritas berada di pedesaan.

Pemberdayaan di desa membuat penduduk tidak perlu pindah ke kota untuk peningkatan pendapatan. Jepang juga mengalami bonus demograsi puluhan tahun lalu dan penduduknya mengalami peningkatan pendapatan signifikan dengan menggenjot manufaktur 2.0.

Dengan banyaknya penduduk usia produktif, segmen manufaktur siap menyerap tenaga kerja sehingga produksi dalam negeri meningkat pesat. Di Indonesia, Hendri melihat tren yang mengkhawatirkan. Tidak hanya lapangan kerja yang tidak siap, juga masuknya era disrupsi 4.0 yang tidak lagi membutuhkan banyak tenaga manusia.

Bonus demografi di Indonesia masih baru akan terjadi menuju puncaknya. Namun, jumlah pengangguran tertinggi malah berasal dari usia produktif. Banyaknya pekerja sektor informal di kelas usia tersebut juga membuat rawan peningkatan angka kemiskinan.

"Semua sektor industri produksi harusnya lebih dari 40 persen jika mau menurunkan angka kemiskinan, Cina sekarang 44 persen PDB disumbang manufaktur," katanya.

Posisi manufaktur Indonesia terus turun dari 29 persen menjadi kini 19 persen. Jika sektor produksi ini tidak bergerak, maka akan sulit menciptakan lapangan kerja. Apalagi memasuki era 4.0, peranan tenaga manusia kini semakin minimal.

Dulu perlu kinerja satu juta orang untuk menumbuhkan ekonomi satu persen. Kini cukup dengan 250 ribu orang. Disrupsi digital bisa menjadi ancaman yang berat atau peluang yang sangat signifikan.

"Kita butuh formula dan strategi yang betul-betul pas, agar bonus demografi ini juga bisa mempercepat pengentasan kemiskinan," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement