Sabtu 07 Dec 2019 07:10 WIB

Warga Lebak Diserukan Waspadai Calo Tenaga Kerja Migran

Kasus kematian tenaga kerja migran ilegal asal Lebak bunyikan alaram kewaspadaan.

Kampanye Jaringan Buruh Migran Indonesia (JBMI). Pemkab meminta masyarakat mewaspadai calo tenaga kerja migran atau sponsor yang menawarkan pekerjaan ke luar negeri agar warga tidak menjadi korban kekerasan.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Kampanye Jaringan Buruh Migran Indonesia (JBMI). Pemkab meminta masyarakat mewaspadai calo tenaga kerja migran atau sponsor yang menawarkan pekerjaan ke luar negeri agar warga tidak menjadi korban kekerasan.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, meminta masyarakat mewaspadai calo tenaga kerja migran atau sponsor yang menawarkan pekerjaan ke luar negeri agar warga tidak menjadi korban kekerasan. Kasus kematian pekerja migran ilegal asal Lebak telah membunyikan alaram kewaspadaan.

"Kami belum lama ini menerima dan menyerahkan jenazah Dayat (40), warga Lebak, kepada keluarganya. Dia bekerja ke Malaysia secara ilegal dengan visa turis," kata Kepala Seksi Penempatan dan Perluasan Tenaga Kerja, Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Lebak Yuningsih di Lebak, Jumat.

Yuningsih meminta masyarakat mewaspadai tawaran bekerja ke luar negeri dengan iming-iming gaji besar dari perusahaan ilegal. Ia menyebutkan, warga Lebak yang menjadi korban TKI ilegal itu bekerja di perkebunan kelapa sawit hingga meninggal dunia di Malaysia karena sakit.

Pemerintah daerah bersama Balai Pelayanan Penempatan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Provinsi Banten telah memulangkan jenazah pekerja migran itu. Namun, pihaknya tidak bisa memperjuangkan asuransi maupun gaji almarhum Dayat, karena ia bekerja secara ilegal.

"Kami tetap melindungi warganya dengan memulangkan ke Tanah Air, setelah menerima laporan warga Lebak meninggal di Malaysia, kendati mereka bekerja ilegal tanpa memiliki dokumentasi," kata Yuningsih.

Menurut Yuningsih, saat ini ada 66 warga Kabupaten Lebak bekerja migran di sejumlah negara ASEAN, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam berdasarkan rekomendasi dari perusahaan terkait. Mereka mengadu nasib di negara tetangga itu dengan bekerja sebagai asisten rumah tangga dan pekerja pabrik di kawasan industri berbekal pendidikan mulai dari jenjang SD sampai SMA.

Ditemui secara terpisah, Mumun (25), salah seorang warga Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak, mengaku dirinya akan berangkat bekerja ke Singapura sebagai asisten rumah tangga. Saat ini, persiapan persyaratan administrasi juga persyaratan lainnya sudah lengkap.

"Bekerja ke luar negeri itu karena ingin mengubah kehidupan yang lebih baik, terlebih punya tanggungan seorang anak," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement