REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pengamat Pertanian dari Universitas Kristen Artha Wacana Kupang Zet Malelak menilai program kerja Gubernur NTT Viktor B Laiskodat dan wakilnya Josef Nae Soi yang sudah berjalan selama satu tahun tak berjalan. Ia menilai kinerja Victor gagal.
"Saya melihat bahwa apa yang dilakukan oleh pemimpin NTT saat ini saya sebut gagal. Dan baru kali ini NTT dipimpin oleh para pemimpin yang hanya bisa berwacana saja," katanya di Kupang, Selasa (3/12).
Hal ini disampaikan ketika diminta tanggapan soal program kerja dari gubernur dan wakil gubernur NTT setelah selama setahun memimpin NTT.
Menurut dosen pertanian itu, gubernur dan wakil gubernur tidak punya visi dan misi atau perencanaan untuk membangun NTT. Selama ini menurut dia program-program kerja yang disampaikan hanyalah wacana. "Di sektor pertanian, misalnya, apa yang dilakukan. Tidak ada, sebab semuanya hanya serba wacana saja," ucap dia.
Menurut dia masih lebih bagus mantan gubernur NTT Frans Lebu Raya, mempunyai program di sektor pertanian seperti anggur merah serta sektor peternakan.
Walau pun, kata dia untuk anggur merah ada kekurangannya, namun hal itu berjalan dan sebagian masyarakat merasakan manfaat tersebut. Sementara Gubernur Viktor B Laiskodat menurut dia lebih banyak pada berbicara.
Ia menduga staf-stafnya yang tak bekerja dengan benar, sehingga program-program yang direncanakan tak berjalan dengan baik, bahkan tak berjalan sama sekali.
Ia pun berharap di tahun kedua nanti, Viktor bisa menunjukan apa yang sudah dijanjikan saat kampanye untuk menjadi gubernur di provinsi berbasis kepulauan itu.
Belum fokus
Hal yang sama juga diakui oleh pengamat politik dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Lasarus Jehamat. Ia menilai pemerintah NTT belum fokus melaksanakan program kerja pembangunan setelah satu tahun kepemimpinan Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat bersama Wakilnya Josef A Nae Soi.
"Belum terlihat ada perubahan yang signifikan terhadap pembangunan NTT dalam satu tahun kepemimpinan gubernur dan wakil gubernur NTT. Rencana pinjaman dana dari China untuk pembangunan jalan provinsi juga masih sebatas narasi," tutur Lasarus Jehamat
Selain itu, kata dia, pemerintah provinsi lebih banyak membuat narasi tanpa ada aksi sehingga berbagai program pembangunan yang telah direncanakan tidak terealisasikan secara baik.
"Rencana pinjaman dana Rp1 triliun dari pihak pemerintah China hanya sebatas narasi tanpa aksi sehingga pelaksanaan pembangunan daerah ini juga menjadi tidak optimal," katanya menegaskan.