Ahad 01 Dec 2019 18:10 WIB

74 Kasus Hamil di Luar Nikah Terjadi di Yogyakarta Tahun Ini

Kasus hamil di luar nikah penyebab pernikahan dini.

Rep: Sylvi Dian Setiawan/ Red: Muhammad Hafil
Ilustrasi Pernikahan Dini yang disebabkan hamil di luar nikah (Ilustrasi).
Foto: Republika/ Wihdan
Ilustrasi Pernikahan Dini yang disebabkan hamil di luar nikah (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pernikahan dini masih marak terjadi di Yogyakarta. Kabid Keluarga Berencana (KB) dan Pembangunan Keluarga Dinas Pengendalian Pendudik dan KB Yogyakarta, Herristanti mengatakan, maraknya pernikahan dini rata-rata akibat kehamilan di luar nikah.

"Angka pernikahan dini tahun 2018 dari berbagai data yang kita peroleh ada sekitar 240. Itu karena kasus kehamilan yang tidak diinginkan," katanya belum lama ini.

Baca Juga

Ia mengungkapkan, angka pernikahan dini di Yogyakarta fluktuatif tiap tahunnya. Bahkan, banyaknya kasus kehamilan di luar nikah juga dikarenakan edukasi terkait kesehatan reproduksi yang masih tabu kepada remaja.

"Masih ada pergeseran nilai. Artinya kita bicara tentang kesehatan reproduksi itu masih dianggap tabu. Padahal itu perlu disampaikan kepada anak-anak," katanya.

Di 2019 ini, kasus kehamilan di luar nikah sejak awal Januari hingga Juni mencapai 74 kasus. Yang mana, kasus tersebut terjadi kepada remaja yang berusia di bawah 18 tahun.

Untuk itu, berbagai upaya pun terus dilakukan dalam mengurangi hal tersebut. Termasuk dengan terus memberikan edukasi kepada remaja di Yogyakarta.

"Kita membentuk suatu strategi dan kita akan menggandeng OPD lintas sektir yang juga menangani masalah remaja," ujarnya.

Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Yogyakarta Tri Hastono mengatakan, remaja juga harus diberi edukasi atau konseling dengan menyediakan berbagai informasi terkait reproduksi. Sehingga, dapat mengurangi terjadinya pernikahan dini.

Menurutnya, hal tersebut harus dilakukan oleh semua pihak. Tidak hanya sekolah maupun pemerintah, namun juga masyarakat dan orang tua.

"Bagaimana meningkatkan kesadaran, meningkatkan kesiapan secara psikologis dan mental remaja ini. Bagaimana juga orang tua mengelola perkembangan zaman dengan banyaknya informasi yang bisa diterima anak," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement