REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti bidang politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro beranggapan suara partai islam tidak mengalami peningkatan sejak pemilu 1955. Bahkan menurut dia, jika semua partai politik islam saat ini digabungkan suaranya, tidak akan berdampak besar.
“Masyarakat yang beragama Islam masih di atas 85 persen. Tapi ke mana semua suara itu? padahal kita punya banyak parpol Islam,” ujar dia ketika ditemui Republika.co.id, Jumat (29/11).
Dia mengatakan, mayoritas penduduk Muslim Indonesia saat ini lebih memilih partai nasionalis. Sehingga, kerap menyebabkan partai politik Islam hilang begitu saja daripada bertahan dari masa ke masa.
“Padahal bisa dikatakan Islam di Indonesia tidak ekstrem kanan atau kiri, tetapi lebih ke middle way. Dan itu tidak berpengaruh,” katanya.
Ketua Umum Partai Islam, Damai, Aman (Idaman) Rhoma Irama didampingi didampingi Sekjen Partai Idaman Ramdansyah dan pengurus partai memberikan keterangan kepada media usai melakukan Pendaftaran Pemilu 2019 di Kantor KPU Pusat, Jakarta, Senin (16/10).
Siti menegaskan, sebagai partai yang membawa pandangan Islam, tentunya harus memberikan prospek yang jelas. Bahkan, secara gamblang partai itu harus memiliki infrastruktur yang jelas dan kuat ke depannya.
“Pertanyaanya apalah mampu atau tidak? Dan ini juga menunjukkan mendirikan partai Islam tidaklah mudah,” ujar dia.
Dia menambahkan, jika partai Islam ingin dinilai lebih berdemokrasi, partai tersebut harus menjadi pilar utama. Oleh sebab itu, meningkatkan basis massa politik di berbagai wilayah perlu dilakukan untuk menguatkan jangkar politiknya.
“Itu berlaku untuk semua partai Islam di Indonesia, begitu juga dengan partai lainnya,” ujarnya.