REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengungkapkan penguatan kolaborasi triple helix perlu ditingkatkan. Triple helix ini terdiri atas akademisi, industri, dan pemerintah.
Kolaborasi triple helix yang baik serta peningkatan kompetensi sektor konstruksi, Indonesia bisa melahirkan inovasi yang lebih banyak di bidang infrastruktur. Terutama di bagian konstruksi di era Revolusi Industri 4.0.
Bambang menjelaskan dunia usaha di bidang infrastruktur dan konstruksi didorong untuk bersinergi dengan para peneliti dan akademisi. Namun, perlu juga melibatkan peran pemerintah untuk menciptakan ekosistem riset dan inovasi yang baik dari sisi regulasi.
"Di sisi researcher, akademisinya kita bisa lihat siapa saja yang berkiprah dalam bidang digital/smart construction tersebut. Di situlah peran pemerintah berupaya agar triple helix mechanis benar-benar terjadi dan Indonesia bisa melahirkan inovasi yang lebih banyak di bidang infrastruktur, terutama di bidang konstruksi," kata Bambang, Selasa (26/11).
Lebih lanjut, Bambang juga mendorong adanya peningkatan dari segi kualitas sumber daya manusia Indonesia. SDM yang unggul menjadi modal bangsa untuk menciptakan negara Indonesia yang maju dan meningkatkan kesejahteraan bangsa.
Sumber daya manusia Indonesia harus terbuka dan adaptif dengan teknologi-teknologi yang muncul di era revolusi industri 4.0, termasuk teknologi digital sehingga mampu berdaya saing. Hal ini dikarenakan dalam revolusi industri 4.0, pemegang faktor kunci utama adalah kualitas sumber daya manusia.
"Era saat ini perlu dipahami bukan hanya sekadar transformasi dan atau alih teknologi saja, tapi terdapat 3 hal penting yang harus bertransformasi. Yaitu faktor sumber daya manusia (SDM), faktor regulasi dan faktor teknologinya sendiri," kata dia.