Selasa 26 Nov 2019 19:23 WIB

Menristek Ingin Kursus Coding Jadi Lebih Massal, Buat Apa?

Menristek menyebut Finlandia jadi contoh dalam memasyarakatkan kursus coding.

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro
Foto: Republika/Inas Widyanuratikah
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro ingin memperluas kursus coding. Ia menjelaskan, hal itu penting dalam rangka mempercepat tersedianya talenta digital.

"Kami mencoba untuk memformulasikan supaya kursus coding menjadi lebih massal," ujar Bambang di Jakarta, Selasa.

Baca Juga

Bambang mengatakan bahwa keinginan untuk memasalkan kursus koding tersebut terinspirasi dari kebijakan di Finlandia. Ia mengungkapkan bahwa Finlandia berusaha memasalkan kursus coding di antara masyarakatnya, tanpa memperhatikan latar belakang mereka.

"Barangkali melalui cara model Finlandia ini, bisa menemukan istilahnya hidden talent di dalam bidang digital di Indonesia," katanya.

Menurut Bambang, era saat ini perlu dipahami bukan hanya sekedar transformasi teknologi saja tapi juga terdapat tiga hal penting yang harus bertransformasi, yaitu sumber daya manusia, faktor regulasi dan faktor teknologinya sendiri. Dari ketiga hal tersebut mau tidak mau faktor sumber daya manusia menjadi faktor kunci keberhasilan penerapan revolusi industri 4.0, karena tanpa sumber daya manusia yang mumpuni mustahil tercapai transformasi teknologi tersebut.

Bank Dunia dan McKinsey mencatat masih Ada kesenjangan antara kebutuhan dengan suplai talenta digital di Indonesia. keduanya menyebut dalam kurun waktu 2015- 2030 sehingga saat ini Indonesia membutuhkan sembilan juta talenta digital.

"Berarti kalau kita bagi rata setiap tahun, harus ada supplai 600 ribu orang jadi harus ada 600 ribu talenta digital yang masuk ke pasar setiap tahun dan tentunya ini jelas tidak mudah," kata Bambang.

Hal tersebut, menurut Bambang, dikarenakan dari jumlah mahasiswa meskipun jumlah mahasiswa di Indonesia besar, tapi yang masuk bidang terkait digital atau yang sejenis tentunya relatif terbatas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement