REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengklaim sudah memberikan info kepada Densus 88 Antiteror, sebelum mantan menko polhukam Wiranto diserang. Adapun informasinya adalah mengenai jaringan terorisme di Banten yang berpotensi melakukan serangan terorisme. Pernyataan ini disampaikan saat menggelar rapat kerja dengan Komisi III DPR RI.
"Dalam kasus kejadian Wiranto dari BNPT sudah memberi masukan. Kami input pada Densus 88, baik berupa informasi intelijen dan lainnya, mengenai jaringan teroris yang ada di Pandeglang yang berpotensi melakukan serangan terorsime," ujar Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT Brigjen Pol Budiono Sandi di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (21/11).
Namun demikian, Budiono mengakui, Densus 88 Anti Teror sebagai pihak yang berwenang melakukan tindakan memiliki mekanisme tersendiri dalam menerima informasi. Artinya, kata Budiono, sebenarnya BNPT telah mendeteksi adanya ancaman aksi terorisme di Pandeglang kepada Densus 88 Anti Teror.
"Jadi adanya potensi ancaman teror di Pandeglang itu sudah kita berikan kepada Densus," tegas Budiono. Namun ia tidak merinci bagaimana dan informasi seperti apa yang diberikan kepada Densus 88 tersebut.
Sebelumnya, Wiranto ditusuk oleh sepasang suami istri yang diduga polisi terafiliasi dengan JAD. Peristiwa itu terjadi di alun-alun Menes, Pandeglang, Banten, pada Kamis (10/10) lalu. Akibatnya, Wiranto mengalami luka di perut sebelah kiri. Ia kemudian dilarikan ke RSUD Berkah, Pandeglang dan kemudian diterbangkan dengan menggunakan helikopter ke RSPAD Gatot Soebroto.