REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengharapkan generasi milenial dan generasi Z di wilayahnya tertarik untuk bercocok tanam. Maka dari itu, Khofifah mengaku pihaknya terus mendorong pengembangan teknologi pangan di Jawa Timur.
"Makin tinggi teknologi pangan, makin memungkinkan mereka (generasi milenial dan generasi Z) tetap bercocok tanam dengan keren. Makin memungkinkan mereka bercocok tanam dengan digital," ujar Khofifah di Surabaya, Selasa (19/11).
Penerapan teknologi pangan yang berkembang, diyakini Khofifah akan membuat generasi milenial dan generasi Z tidak gengsi untuk menjadi petani. Menurutnya, salah satu syarat yang harus dilakukan adalah terus mensosialisasikan dukungan teknologi baru terhadap dunia pertanian, supaya menjadi incaran kerja baru.
"Jadi lewat teknologi baru ini mereka bisa meremot misalnya kebutuhan air, kebutuhan suhu, kapan saat menanam, kapan saat memanen, kapan waktu yang tepat untuk memberikan pupuk, dan seterusnya," ujar Khofifah.
Khofifah mengatakan, tren menjadi petani milenial dan petani generasi Z itu perlu didorong karena akan beriringan untuk bisa mewujudkan kedaulatan pangan di Jatim. Apalagi Jatim mengalami surplus beras yang jumlahnya sampai 3,7 juta ton. Jatim juga mengalami surplus jagung hingha 5,88 juta ton.
"Jatim juga sebagai supplier yang cukup kuat. Selama ini Jatim sudah menyangga antara lain 15 Provinsi di Indonesia. Itu disupport oleh beras Jatim. Tapi kita harus tetap meningkatkan teknologinya," ujar Khofifah.