Jumat 15 Nov 2019 04:37 WIB

Bupati Minta Tenun Khas Purbalingga Dilestarikan

Produk kerajinan tenun khas Purbalingga ini sudah hampir punah.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Gita Amanda
Perajin memproduksi kain tenun. (ilustrasi)
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Perajin memproduksi kain tenun. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi menyebutkan, produk khas sandang dari Purbalingga tidak hanya dalam bentuk kain batik, melainkan juga kain tenun yang disebut Kain Tenun Kluwung Gedung. Namun saat ini, produk kerajinan tenun khas Purbalingga ini sudah hampir punah.

Bupati juga mengaku baru mengetahui kain tenun khas Purbalingga, belum lama ini. Pada masa lalu, kain tenun Kluwung memang bukan kain tenun yang dibuat sebagai bahan pakaian. Melainkan sebagai bahan kemben (pembalut bagi perut) kaum wanita yang pada masa itu masih berkebaya, atau sebagai alat gendong rinjing.

Baca Juga

 

Untuk itu, dia minta agar Dinas Koperasi dan UKM untuk melakukan pendampingan pada perajin yang masih ada. ''Saya kira kain tenun khas Purbalingga ini bisa dikembangkan lagi. Mungkin bukan hanya sebagai kain kemben, tapi juga sebagai bahan pakaian,'' katanya Bupati saat berkunjung ke Desa Tanjug Kecamatan Karangmoncol, Kamis (14/11).

Kabid UMKM Dinas Koperasi Dan UMK Purbalingga Adi Purwanto, menyebutkan di Purbalingga sebenarnya ada dua desa yang memproduksi kain tenun kluwung. Yakni, Desa Tumanggal Kecamatan Pengadegan dan Desa Tajug Karangmoncol.

Namun seiring perkembangan jaman, perajin di Desa Tumanggal sudah tidak eksis lagi. Perajin di desa itu, sekarang hanya memproduksi benang antihan untuk dikirim ke Pekalongan sebagai bahan dasar kain tenun.

Sedangkan yang masih memproduksi kain tenun kluwung, hanya perajin yang tinggal di Desa Tajug Karangmoncol. ''Di desa ini, masih ada 10 perajin yang masih aktif membuat kain tenun. Kain tenun produksi mereka, dijual seharga Rp 100.000 per lembar kain,'' jelasnya.

Untuk meningkatkan pemasaran, dia mengaku, akan memberi bimbingan dan pelatihan pada perajin. Antara lain, dengan membuat kain tenun dengan berbagai variasi ukuran agar bisa menjadi souvenir atau semacam syal penghangat leher,'' jelasnya.

Kades Tajug Kuswoyo dalam kesempatan itu, menyatakan kain tenun Kluwung asal desanya sempat mengalami masa jaya pada masa lalu. Namun saat ini, baik produksi maupun pemasaran makin menurun karena tergerus perubahan gaya berpakaian masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement