REPUBLIKA.CO.ID, oleh Flori Sidebang, Mimi Kartika, Rahayu Subekti, Andrian Saputra, Antara
Ledakan bom terjadi di Polrestabes Medan, Sumatra Utara, Rabu (13/11). Ledakan tersebut diduga berasal dari bom bunuh diri.
Akibat ledakan tersebut, terdapat enam orang yang menjadi korban luka ringan, yakni empat anggota polisi, satu pekerja harian lepas (PHL), dan satu masyarakat sipil. Tidak hanya itu, tiga kendaraan dinas milik polisi dan satu kendaraan pribadi turut mengalami kerusakan.
Mabes Polri mengungkap identitas pelaku tunggal ledakan bom yang terjadi pukul 08.45 WIB. Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, dari sidik jari yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP), polisi menyebut, pelaku bernama Rabbial Muslim Nasution (RMN).
"Dari sidik jari itu Inafis berhasil mengidentifikasi pelaku. Pelaku ini atas nama inisial RMN usia 24 tahun," kata Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo, dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (13/11).
Dedi menyebut, pemuda yang lahir di Medan, Sumatra Utara itu berstatus pelajar atau mahasiswa. Selain itu, sambung Dedi, dugaan sementara pelaku melakukan aksi bom bunuh diri itu sendiri (lone wolf) atau tanpa terlibat jaringan teroris manapun.
"Dugaan sementara pelaku melakukan aksi ini lone wolf. Sementara itu lone wolf melakukan suicide bomber (bom bunuh diri)," ungkap Dedi.
Di sisi lain, dari hasil olah TKP, tim Labfor dan Densus 88 mengamankan sejumlah barang bukti terkait ledakan bom itu. Di antaranya, baterai 9 volt, pelat besi, sejumlah paku dengan berbagai ukuran, irisan kabel, beberapa potongan kabel cukup besar, tombol switch on/off, dan sebuah sepeda motor yang dicurigai milik pelaku.
Tidak hanya itu, tim kepolisian juga mengumpulkan potongan tubuh pelaku untuk memperkuat identifikasi terkait identitas pelaku dengan melakukan tes DNA. Meski demikian, Dedi menambahkan, hingga saat ini polisi masih bekerja untuk mengumpulkan bukti-bukti.
"Untuk Densus 88 terus mendalami (rekaman) CCTV, masih terus akan mendalami uji dari Inafis, Labfor dan Biddokes untuk DNA. Tim masihh bekerja di lapangan," imbuh dia.
RMN (24), pria terduga pelaku bom bunuh diri diketahui berprofesi sebagai pengemudi (driver) ojek online (ojol) dan penjual bakso bakar. Berdasarkan video yang beredar viral RMN mengenakan jaket salah satu perusahaan ojol saat melakukan aksinya.
"Setahu saya dia jualan bakso bakar keliling. Selain itu, juga ojek online, gitu," kata Kepala Lingkungan (Kepling) IIIKelurahan Sei Putih Barat, Poetra.
Poetra mengaku, sudah lebih dari satu tahun tidak melihat Dedek di rumah orang tuanya di Jalan Jangka Gang Tentram No 89B, Kelurahan Sei Putih Barat, Kecamatan Medan Petisah, Medan, Sumatra Utara.
"Sejak menikah, dia enggak di sini lagi. Katanya dia pindah sama istrinya ke Marelan," ujarnya.
Rumah RMN pada Rabu langsung digeledah oleh petugas kepolisian. Pantauan Antara, di lokasi rumah terduga berinisial R, Jalan Jangka Gang Tentram No 89B, Kelurahan Sei Putih Barat, Kecamatan Medan Petisah, Medan, petugas membawa tiga perempuan dan satu laki-laki.
Mereka dibawa sekitar pukul 13.30 WIB, dengan mengendarai mobil Innova berwarna silver dengan nomor polisi BK 44 REG. "Yang satu itu bibinya, yang lainnya kurang tahu juga saya," kata seorang warga.
Pengamanan di Mapolda Banten diperketat usai kasus ledakan yang terjadi di Polresta Medan, Sumatera Utara, Rabu (13/11).
Mengenai peristiwa ini, pihak Gojek berkoordinasi dengan pihak kepolisian. "Kami tidak dapat berkomentar mengenai atribut terduga pelaku. Kami telah dengan segera menghubungi dan berkoordinasi dengan pihak berwajib," kata Vice President Corporate Affairs Gojek Indonesia Michael Reza Say kepada Republika, Rabu (13/11).
Michael memastikan, Gojek siap untuk memberikan seluruh bantuan dan dukungan yang diperlukan untuk proses investigasi yang dilakukan kepolisian. Dia menegaskan Gojek menentang keras segala tindakan anarkis dan akan memberikan dukungan penuh upaya pihak berwajib dalam menjaga keamanan masyarakat.
"Kami mengutuk aksi teror yang terjadi di Polrestabes Medan pagi ini dan berduka cita atas jatuhnya korban dari aksi teror tersebut," tutur Michael.
Pengamat intelijen, Nuruddin Lazuardi melihat pelaku ledakan bom bunuh diri di Polrestabes Medan pada Rabu (13/11) mengadopsi pola-pola kejahatan konvensional dalam melakukan aksi terornya. Ini terlihat dari pelaku yang bisa masuk ke markas Polrestabes Medan dengan menggunakan jaket driver ojek daring.
"Kenapa dia menggunakan seragam ojek online? Selama ini di media sosial sering muncul pelaku-pelaku kejahatan konvensional seperti pelaku begal, pencurian di rumah itu seringkali menggunakan jaket ojol. Itu mungkin saja apa yang mereka (pelaku teror) lihat diadopsi oleh pelaku," kata Nuruddin kepada Republika, pada Rabu (13/11).
Menurut Nuruddin, pelaku telah melakukan mapping sebelum melancarkan aksinya di Polrestabes Medan. Menurut Nuruddin, pelaku juga telah memahami situasi yang membuatnya mudah menembus keamanan di depan pintu gerbang Polrestabes Medan.
"Mereka menargetkan markas, sudah pasti melakukan Mapping. Untuk masuk ke markas cara mudah seperti apa sih, mereka lihat orang-orang masuk menggunakan jaket ojol dan pemeriksaannya tidak terlalu ketat. Mereka lihat titik lemahnya seperti apa sih," katanya.
Di sisi lain, menurut Nuruddin ada pengamanan yang abai di Polrestabes Medan hingga pelaku bisa dengan mudah masuk ke dalam. Padahal, menurutnya serangan teror yang menargetkan markas kepolisian telah terjadi beberapa kali. Menurutnya, pemeriksaan terhadap orang luar yang hendak masuk ke dalam markas Polrestabes Medan tak begitu ketat.
"Ini yang mestinya harus diantisipasi sejak awal, siapa pun yang masuk markas harus super ketat, kita masih ingat kejadian ledakan bom di Polres Cirebon, kenapa ini masih terjadi lagi, intinya ini keteledoran," katanya.
Dari video yang beredar, Nuruddin melihat daya ledak bom tergolong low explosive. Kendati demikian, menurutnya yang perlu dilihat adalah efek dari serangan tersebut yakni menebarkan ketakutan di tengah masyarakat.
"Sejak awal pelaku teror sudah mengumandangkan perang dengan kepolisian, sampai menyebutnya thogut ini bukan sesuatu yang baru, yang baru itu mereka mengadopsi pola kejahatan konvensional, mereka menggunakan segala cara yang penting tujuan tercapai dan teror itu muncul dan tersebar di media," katanya.