REPUBLIKA.CO.ID,SUKABUMI--Jumlah anak yang kecanduan game gadget di Sukabumi bertambah banyak. Mereka rata-rata merupakan anak yang berusia pada tingkatan SD dan SMP serta sebagian kecil lainnya SMA.
‘’Dari data sejak Oktober 2018 hingga sekarang ada 38 orang anak yang orangtuanya melaporkan mereka kecanduan game online,’’ ujar Ketua Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Kota Sukabumi yang juga Sekretaris Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2P2A) Kota Sukabumi, Joko Kristianto, Selasa (13/11).
Dari 38 orang tersebut kata Joko, satu anak di antaranya telah ditangani dan terbebas dari kecanduan game di gadget dan bisa bergaul normal dengan teman-temannya. Ia menerangkan anak dikatakan kecanduan game ketika bermain game di atas enam jam per hari atau bahkan tidak bisa lepas dari tangannya handphone (HP).
Hal ini menunjukkan sesuatu yang berlebihan dan menjadi masalah. Menurut Joko, kondisi ini termasuk dalam bagian gangguan kejiwaan. Sebab anak tidak bisa mengelola diri sendiri karena terobsesi dengan gadget yang menawarkan baik media audio dan visual.
Rata-rata kasus kecanduan game yang berdampak pada psikologis anak ini dialami usia sekolah tingkat SD dan SMP dan mayoritas berjenis kelamin laki laki. Perilaku mereka yang kecanduan game mengalami siklus yang sama dengan kecanduan-kecanduan yang lain.
Namun proses pemulihan tidak sama dengan kecanduan-kecanduan yang lain. Saat ini pemulihan dengan menggunakan metode terapi audio bawah sadar.
Joko mengatakan, LK3 dan P2TP2A berupaya memberikan pendampingan agar kecanduan anak terhadap game bisa berkurang. Hal ini dilakukan agar perkembangan perilaku anak bisa normal kembali seperti sebelumnya.
"Cara terbaik dapat mengatur anak memegang HP hingga pukul berapa,’’ cetus Joko. Intinya orangtua harus bisa secara tegas mengelola penggunaan HP oleh anak-anaknya.
Hal senada disampaikan Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi. ‘’Orangtua harus bisa meningkatkan perhatian kepada anak-anaknya di tengah makin pesatnya perkembangan teknologi informasi,’’ kata dia.
Misalnya dengan memantau anak-anaknya dari pengaruh kecanduan game di gadget. Fahmi menilai perhatian orangtua penting dalam memantaj perkembangan anaknya agar tidak terpengaruh hal negatif di tengah perkembangan zaman.
Di sisi lain ungkap Fahmi, pemerintah kini berupaya menghadapinya dengan pembentukan karakter berbasiskan kegiatan agama. Contohnya dengan menggiatkan gerakan magrib mengaji yang mengharuskan anak belajar mengaji di masjid dari Magrib hingga waktu shalat Isya.