REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelora Mahfudz Siddiq menegaskan, Gelora bukan kompetitor PKS. Meskipun, saat ini sebagian dari penggagasnya penah menjadi bagian dari PKS.
"Sejak kelahirannya 28 Oktober, Partai Gelora memang tidak memosisikan diri sebagai kompetitor PKS," kata Mahfudz, saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (12/11).
Menurut Mahfudz, PKS memiliki market sendiri dan akan terus menjaganya. Begitu juga dengan Partai Gelora yang akan memiliki segmen berbeda, meski pasti akan irisan-irisan di akar rumput. Situasi itu tak bisa dihindari mengingat tokoh-tokoh atau penggagas Partai Gelora pernah berjuang di bawah bendera PKS.
"Gelora ini hadir berangkat dari satu ide, yaitu menggalang kembali semangat keindonesiaan yang notebenenya dihuni oleh mayoritas Muslim dengan keberagamannya," ujarnya.
Partai Gelora, lanjut Mahfudz, ingin memperluas ide dan market dalam pemilihnya. Dengan begitu, partai dapat mempresentasikan seluruh bagian dari masyarakat Indonesia. Bukan saja pemilih Muslim konservatif atau Muslim moderat, melainkan juga kelompok-kelompok yang segmennya lebih luas.
"Partai ini juga menjadi partai yang terbuka, meskipun nanti pijakan historis bahwa Indonesia yang besar ini punya basis populasi Muslim. Maka pemilih Muslim ini tetap menjadi bagian dari jati diri Partai Gelora," ujar Mahfudz.
Kemudian terkait anggapan bahwa Partai Gelora berpotensi menjadi partai guram karena semakin sempitnya ceruk pemilih, Mahfudz juga menolaknya. Justru menurutnya, jika dilihat sejarah kepartaian Indonesia dari pemilu ke pemilu ada yang muncul dan tenggelam. Juga populasi Indonesia yang terus berkembang, maka pasar politik bagi partai itu tidak pernah sempit.
"Artinya, setiap partai baru akan tetap punya peluang masuk ke pasar politik membangun atau meraih segmennya sendiri. Kita memang ingin masuk ke pasar yang lebih luas ke segmen pemilih yang lebih luas," ujar Mahfudz.