REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin rapat terbatas tingkat menteri tentang penguatan neraca perdagangan, Senin (11/11). Dalam ratas yang digelar di kantor presiden ini, Jokowi mewanti-wanti menterinya untuk berhati-berhati dalam menggelar ekshibisi produk dagang atau pariwisata di luar negeri. Ia tak ingin ajang pameran tersebut hanya buang-buang anggaran saja.
"Kalau mau pameran yang gede sekalian. Yang dulu-dulu, pameran hanya menghabiskan anggaran. Pameran di sebuah expo besar tetapi stan kita ada di dekat toilet. Jangan diulangi lagi udah itu," ujar Jokowi di hadapan para menterinya.
Jokowi meminta agar Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pariwisata dan Investasi serta kementerian lain terkait untuk lebih matang dalam menyiapkan pameran atau ekspo di luar negeri. Ia ingin, ekshibisi yang diikuti bisa benar-benar mengenalkan brand, produk, atau sektor unggulan dari Indonesia kepada pasar dunia.
"(Pameran) disiapkan setahun sebelumnya secara baik sehingga saat pameran betul-betul menguatkan brand image Indonesia baik pembeli maupun wisatawan yang ingin datang ke negara kita," ujar Jokowi.
Ini bukan pertama kali Jokowi menyinggung soal pameran atau ekspo di luar negeri yang mengusung nama Indonesia. Pada Agustus 2019 lalu, Jokowi sempat menggelar rapat persiapan Dubai Expo 2020. Dalam momen tersebut, Jokowi juga menyinggung stan Indonesia yang sempat berdiri di dekat toilet. Meski tidak menyinggung nama ajang yang dimaksud, Jokowi menekankan bahwa pemilihan lokasi stan penting dipersiapkan.
"Saya minta penyelenggaraan ekspo harus berubah. Persiapan harus matang, detail. Baik desain venue, lokasi, hingga paviliun harus menampilkan wajah Indonesia," kata Jokowi saat itu.
Dalam rapat terbatas kali ini, Jokowi meminta jajaran menterinya serius menekan defisit neraca perdagangan. Di sektor perdagangan, Jokowi meminta Menteri Perdagangan menyisir pasar-pasar nontradisional untuk memperluas sasaran ekspor.