Selasa 12 Nov 2019 00:34 WIB

Tak Ada Semen di Struktur Bangunan Diduga Candi Indramayu

Temuan Balar Bandung soal bangunan tanpa campuran semen menguatkan dugaan candi

Rep: ayobandung.com/ Red: ayobandung.com
 Peneliti Balai Arkeologi (Balar) Bandung tak menemukan penggunaan semen pada struktur bata merah yang diduga sebagai candi di Desa Sambimaya, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu.
Peneliti Balai Arkeologi (Balar) Bandung tak menemukan penggunaan semen pada struktur bata merah yang diduga sebagai candi di Desa Sambimaya, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu.

INDRAMAYU, AYOBANDUNG.COM -- Peneliti Balai Arkeologi (Balar) Bandung tak menemukan penggunaan semen pada struktur bata merah yang diduga sebagai candi di Desa Sambimaya, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu. Temuan itu menguatkan dugaan susunan batu bata yang terbenam dalam tanah di areal persawahan merupakan bangunan kuno. 

Kepala Balar Bandung Deni Sutrisna mengungkapkan, pihaknya baru melakukan tinjauan awal dengan mengamati struktur permukaan dan susunan bata yang tampak pada permukaan. Sejauh ini, pada bata merah yang diduga menyusun struktur bangunan kuno itu tak ditemukan semen di antaranya.

Pada masa lalu memang ada teknik tertentu tanpa semen, tuturnya, Senin (11/11).

Bata merah yang diduga struktur bangunan candi tersebut ditemukan tersebar di sejumlah titik lokasi di Desa Sambimaya. Selain di Blok Dingkel, ditemukan pula di Blok Sambilawang Lor yang termasuk desa yang sama.

Penelitian lebih lanjut, imbuhnya, akan dapat mengungkap teknologi maupun bahan penyusun bata tersebut.

Pihaknya juga belum dapat memastikan sebaran luasan maupun bentuk susunan bata yang diduga merupakan struktur bangunan kuno itu. Penelitian lebih lanjut, salah satunya ekskavasi, diperlukan pihaknya kelak.

Hanya, dia tak menampik susunan bata itu berbeda dengan bata merah pada masa sekarang. Bata tersebut serupa dengan bata yang ditemukan pada Candi Batujaya, Kabupaten Karawang dan Candi Trowulan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Ada indikasi bata kuno (di Sambimaya). Apalagi, ada jejak kaki anjing pada batanya, ungkapnya.

Untuk memastikan usia bata itu sendiri, masih dibutuhkan pengukuran dari pihak Geologi. Pun begitu dengan lapisan budaya yang ada di bawahnya.

Butuh waktu, tenaga, dan peralatan. Harus dibuka dulu gundukannya (tanah), baru kami lakukan pengukuran di sekitar luasan yang nampak struktur batanya di permukaan, terangnya.

Hasil penelitian mengenai temuan itu akan pula membuktikan pengaruh Hindu maupun Budha di Indramayu. Selama ini, pengaruh Hindu Budha lebih banyak ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Sementara, Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Indramayu, Dedy Musashi mengatakan, selain menemukan sebaran bata merah yang diduga struktur bangunan candi, ditemukan pula altar batu, sumber air, serta parit, di sekitarnya.

Tahun depan penelitian akan dilanjutkan, ujarnya. Pihaknya meminta masyarakat tak merusak atau melakukan aksi vandalisme terhadap temuan awal itu.

Kepala Desa Sambimaya, Sutarman menyampaikan, keberadaan bata merah itu sudah diketahuinya sejak puluhan tahun lalu. Sayang, rata-rata warganya tak mengetahui asal-usul bata tersebut.

Orang-orang tua zaman dulu bilang, bata itu yang bikin Dampu Awang. Tapi ya tidak tahu, bebernya.

Ia berharap penelitian atas temuan bata merah itu benar-benar menemukan struktur bangunan kuno agar desanya semakin dikenal masyarakat luas. Makanya saya juga titip ke warga agar barang-barang yang ada di lokasi jangan ada yang mengambil, tegasnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ayobandung.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ayobandung.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement