Ahad 10 Nov 2019 11:27 WIB

Demiz: Cicitan Andi Arief tak Perlu Ditanggapi Berlebihan

Pendapat itu kan biasa, Andi Arief kan juga bisa keras, sama seperti saya.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Andri Saubani
Deddy Mizwar saat ditemui di sela-sela acara Konsolidasi Nasional Partai Gelora Indonesia, Kemang, Jakarta, Sabtu (9/11).
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Deddy Mizwar saat ditemui di sela-sela acara Konsolidasi Nasional Partai Gelora Indonesia, Kemang, Jakarta, Sabtu (9/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deddy Mizwar (Demiz) menilai, cicitan politikus Partai Demokrat Andi Arief yang mengomentari kepindahan dirinya dari Demokrat ke Gelora tak perlu ditanggapi berlebih. Demiz menanggapi santai cuitan Andi Arief tersebut.

"Pendapat itu kan biasa, Andi Arief kan juga bisa keras, sama seperti saya, jangan ditanggapi berlebihan itu, sahabat-sahabat kita juga. Itulah demokratis, karena mereka punya pendapat, karena kita bukan pemilik kebenaran, kita hanya berupaya untuk menjadi benar," kata Demiz saat ditemui wartawan, Ahad (10/11).

Baca Juga

Ucapan Demiz itu terkait cicitan Andi Arief di akun Twitter pribadinya, @AndiArief__. Dalam kicauan yang diunggah pada 7 November 2019 itu, Andi menyindir manuver Partai Gelora, di mana sejumlah tokohnya merupakan tokoh-tokoh partai lain.  "Kalau menggoda dan mengumpulkan milik orang lain artinya memang itu Gelanggang Orang Rapuh (Gelora)," kata Andi Arief.

Demiz yang sebelumnya Majelis Pertimbangan Demokrat pun tak luput dari serangan Andi Arief. Andi menyebut pemeran Nagabonar itu tak loyal.

"Saya tidak memerangi Partai Gelora, cuma mau menantang cara berfikir merekrut dan membajak kader. Mana mungkin ada arah baru dengan orang lama yang tanpa loyalitas seperti Deddy Mizwar. Agar, Gelora tidak jatuh di garis start," kata Andi Arief.

Sementara itu, inisiator Gelora Fahri Hamzah menjelaskan, Gelora tak merekrut tokoh politik lain. Menurut dia, partai politik adalah pasar ide. Fahri menyebut, Deddy yang sudah lama berdiskusi semenjak adanya ormas Garbi bergabung ke Gelora karena memang cocok secara pemikiran.

"Itu merupakan hasil dialog kita sebagaimana wa beliau ke saya itu. Kita harus berubah setiap 20 Indonesia mengalami tantangan besar dan kita harus punya cara menghadapi tantangan, itu aja. Saya kira ini adalah hasil dialog yang terjadi selama ini," ujar Fahri menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement