Jumat 08 Nov 2019 00:01 WIB

Cerita Wishnutama Sebelum Jadi Menteri, Kumaha Aing

Wishnutama terkejut ketika ditawari posisi menteri oleh Presiden Joko Widodo.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Indira Rezkisari
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama bersiap mengikuti foto bersama seusai pelantikan menteri Kabinet Indonesia Maju di Beranda Halaman Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (23/10/2019).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama bersiap mengikuti foto bersama seusai pelantikan menteri Kabinet Indonesia Maju di Beranda Halaman Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (23/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusbandio merasa campur aduk ketika Presiden Joko Widodo menugaskannya sebagai seorang menteri. Tugas itu, kata Wishnutama, secara langsung memaksa dirinya untuk meninggalkan kondisi yang bebas dan menyenangkan.

"Campur aduk harus meninggalkan sesuatu yang fun, bebas. Kalau kata orang Sunda, mah, kumaha aing. Kalau sekarang harus sesuai protokol," kata Wishnutama di depan ratusan para pengusaha dalam Dialon Nasional Ekonomi Kreatif, Kadin Indonesia, di Jakarta, Kamis (7/11).

Baca Juga

Wishnutama mengatakan, menjadi seorang pemimpin perusahaan di industri kreatif sangat menyenangkan dan sesuai dengan passion dirinya. Namun, menjadi seorang menteri berarti mengemban tugas dan amanah yang besar dan berat untuk memajukan Indonesia.

Sempat terkejut akan tugas sebagai Menparekraf, Wishnutama berpikir bahwa di samping tugas yang berat, ia memiliki kesempatan berharga untuk berkontribusi bagi negara. "Setelah dilantik, banyak potensi yang saling mendukung. Saya dari bawah sebagai orang ekonomi kreatif. Saya tidak punya yang lain, hanya pemikiran kreatif, saya selalu jual mimpi," katanya.

Wishnutama pun memastikan, karena mengawali karier dari industri kreatif, ia akan memberikan keseimbangan kebijakan antara pariwisata dan ekonomi kreatif. Dua lembaga yang tadinya dipisah menjadi satu kesatuan, menurut dia, semestinya akan memberikan efisiensi dalam setiap penerbitan kebijakan.

Ia pun mengaku sempat geram ketika telah melihat sistem birokrasi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) yang cukup rumit di Indonesia. Ia mengatakan, salah satu prioritas yang ingin dilakukan lembaganya adalah penyederhanaan alur birokrasi dan regulasi yang bisa menghambat pertumbuhan industri.

"Saya agak emosi dengan birokrasi. Ribet, padalah saya ingin santai saja, kalau birokrasi lebih santai pikiran kita lebih terbuka. Pariwisata dan ekonomi kreatif adalah sektor ekonomi yang berkelanjutan dan harus dihargai," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement