Rabu 06 Nov 2019 17:07 WIB

Guru dan Siswa SDN Gentong Masih Shock dan Trauma

Ambruknya atap kelas SDN Gentong di Pasuruan mengakibatkan dua korban meninggal.

Keadaan ruangan kelas yang ambruk di SDN Gentong Kota Pasuruan, Rabu (6/11).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Keadaan ruangan kelas yang ambruk di SDN Gentong Kota Pasuruan, Rabu (6/11).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Wilda Fizriyani

Bangunan SDN Gentong berwarna hijau itu terlihat ramai pada Rabu (6/11). Berbagai kendaraan terparkir acak di pinggir Jalan Kyai Haji Sepuh, Gentong, Gadingrejo, Kota Pasuruan. Tak jarang beberapa warga sekitar terlihat penasaran menyaksikan kondisi sekolah tersebut.

Baca Juga

Rasa penasaran masyarakat sesungguhnya bukan karena aktivitas yang dilakukan sekolah. Akan tetapi, lebih pada kondisi atap empat ruangan kelas yang roboh berserakan. Garis kuning kepolisian juga terlihat begitu jelas di sepanjang bangunan tersebut.

Atap empat ruangan kelas di SDN Gentong Kota Pasuruan mengalami keruntuhan pada Selasa pagi (5/11). Kejadian ini mengakibatkan 15 orang luka ringan dan berat serta dua orang meninggal dunia. Korban yang meninggal antara lain siswi kelas II dan guru.

Akibat kejadian tersebut, kegiatan belajar mengajar sekolah pun dihentikan. Tak ada interaksi atau tawa riang para siswa maupun guru. Yang ada hanya galvalum, seng, bebatuan, sepatu dan tas yang berserakan di dalamnya.

Wali kelas V A SDN Gentong, Rinci Supriyadi merupakan satu dari sekian warga sekolah yang terhindar dari kejadian nahas tersebut. Perempuan berkacamata ini kebetulan tengah cuti untuk menjaga suaminya yang sakit.

Meski berhasil menghindari kejadian tersebut, guru pengganti Rinci harus mengalami kejadian pahit. Ialah Sefina Arsi (19) yang menjadi salah satu korban meninggal pada musibah robohnya ruangan kelas SDN Gentong. Nyawa penjaga perpustakaan tersebut tidak dapat tertolong pada Selasa pagi (5/11).

photo
Keadaan ruangan kelas yang ambruk di SDN Gentong Kota Pasuruan, Rabu (6/11).

Kini, Rinci mengaku sangat trauma apabila mengingat peristiwa tersebut. Ada semacam ketakutan dan kekhawatiran yang menyelimuti pikirannya. Tidak hanya dirinya, tapi juga guru dan siswa lainnya pun turut merasakan hal serupa.

Rinci sendiri tidak tahu kapan jadwal kegiatan belajar mengajar akan berjalan normal kembali. Dia hanya mengikuti arahan dari pemerintah dan pimpinan sekolah. Ia juga tidak tahu kapan bangunan rusak sekolahnya akan diperbaiki.

"Belum tahu, karena memang masih shock semua," ujar Rinci saat ditemui Republika di SDN Gentong, Kota Pasuruan, Rabu (6/11).

Terkait kondisi bangunan, Rinci menilai, tidak ada masalah siginifikan. Dalam hal ini, ia merasa kondisi bangunan baik-baik saja sejak pertama mengajar di SD tersebut.

"Tidak ada (keretakan)," jelas perempuan yang telah mengajar di SDN Gentong sejak 2013 ini.

Anggota Tagana Kota Pasuruan, Mohammad Ghozali juga belum mengetahui pasti kapan terakhir bangunan SDN Gentong direhabilitasi. Beberapa informan menyebutkan 2012, sedangkan lainnya 2017. Hal yang pasti, empat ruangan kelas II dan V sudah memiliki indikasi keretakan di dinding sebelum kejadian.

Menurut Ghozali, aktivitas sekolah memang sengaja diliburkan sementara hingga Sabtu (9/11). Kebijakan ini dilakukan karena siswa dan guru masih trauma. Ditambah lagi, kondisi bangunan yang masih berserakan hingga kini.

Bangunan roboh rencananya akan dibongkar secara total dalam waktu dekat. Perintah ini ditunjukkan mengingat ruangan-ruangan kelas terkait sudah tidak memungkinkan untuk direnovasi.

"Sudah tidak layak. Dan renovasinya nanti dianggarkan di 2020," tegasnya.

photo
Keadaan ruangan kelas yang ambruk di SDN Gentong Kota Pasuruan, Rabu (6/11).

Tim Tagana dan Polresta Pasuruan telah menyiapkan tiga tenda darurat di lapangan sekolah. Tenda ini akan dijadikan ruang belajar sementara pada awal pekan depan. Kemudian juga diperuntukkan untuk kegiatan trauma healing kepada para guru dan siswa.

"Nanti kalau diperlukan tenda lagi, kita bangun lagi, kita dirikan tenda lagi," jelas Ghazali.

Upaya trauma healing juga turut diberikan sejumlah anggota Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kota Pasuruan. Mereka berkeliling mengunjungi rumah korban dengan memberikan makanan dan dukungan serta motivasi. Dukungan ini setidaknya diberikan kepada 31 orang per kecamatannya.

Anggota K3S Kota Pasuruan, Nur Farida menjelaskan, upaya yang dilakukan kelompoknya ini tak lepas dari kewajibannya sebagai pendidik. Mereka ingin mengembalikan rasa percaya diri anak dan guru atas peristiwa nahas tersebut. Mental dan psikis para korban harus dikuatkan kembali sehingga dapat menjalankan aktivitas secara normal kembali.

photo
Keadaan ruangan kelas yang ambruk di SDN Gentong Kota Pasuruan, Rabu (6/11).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement