REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Angka pengangguran di Provinsi Lampung hingga Agustus 2019 mencapai 171.460 orang. Dari jumlah tersebut, pengangguran terbuka terbanyak berasal dari lulusan SMK selama tiga tahun terakhir.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung mencatat pada Agustus 2019, penduduk yang bekerja hingga awal Oktober 2019 mencapai 4.080.000 orang. Jumlah angkatan kerja tercatat 4,25 juta orang, naik 17,32 persen dibandingkan Agustus 2018.
Sedangkan angka pengangguran terbuka atau Tingkat Partisipasi Terbuka (TPT) untuk tingkat SMK sebanyak 9,52 persen. “Dengan kata lain, ada penawaran tenaga kerja yang tidak terserap terutama tingkat pendidikan SMK dan Diploma I/II/III,” kata Kepala BPS Lampung Yeane Irmaningrum di Bandar Lampung, Selasa (5/11).
Selain SMK, TPT urutan kedua yakni lulusan DI/II/III dan tingkat SMA masing-masing sebesar 6,62 persen, selanjutnya lulusan perguruan tinggi sebesar 4,65 persen, SMP 3,07, dan lulusan SD 1,84 persen. Dibandingkan data pada Agustus 2018, TPT menurun jadi 7,44 persen, Diploma I/II/III 2,44 persen. Sedangkan TPT SMA sebelumnya naik 7,84 persen dan perguran tinggi 5,84 persen. TPT SMP 2,93 persen, SD 2,13 persen.
Sedangkan data TPT pada Agustus 2017, tingkat SMA mengalami lonjakan menjadi 9,40 persen, SMA 8,55 persen, Diploma I/II/III 7,60 persen. Sedangkan tingkat TPT lulusan perguruan tinggi justru menurun hanya 3,82 persen, dan juga lulusan SD 1,81 persen.
Kepala BPS Lampung Yeane Irmaningrum memaparkan, jumlah penduduk yang bekerja pada setiap kategori lapangan pekerjaan menunjukkan kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja. Struktur penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan pada Agustus 2019 masih didominasi tiga lapangan pekerjaan utama yakni pertanian, kehutanan, dan perikanan serta pertambangan sebesar 41.17 persen. Perdagangan 18,83 persen, industri pengolahan 11,17 persen.
Sedangkan kondisi ketenagakerjaan, ia mengatakan, tingkat pengagguran dan penduduk yang bekerja tidak terlepas dari kinerja sektor-sektor perekonomian yang ada. Jumlah penduduk yang bekerja tiap sektor menunjukkan kemampuan sektor tersebut dalam penyerapan tenaga kerja.
Pada Agustus 2019, Yeane mengatakan, status pekerjaan yang terbanyak sebagai buruh/karyawan/pegawai sebesar 28,51 persen, berusaha sendiri (wiraswasta) 20,48 persen, berusaha dibantu buruh tidak tetap/pekerja keluarga/tidak dibayar sebesar 20,19 persen. Sementara penduduk yang bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap/dibayar memiliki persentase kecil 3,02 persen.