Selasa 05 Nov 2019 21:41 WIB

Dua Sektor Unggulan Jateng Jadi Peluang Investasi

Dua Sektor tersebut diharapkan dongkrak pertumbuhan ekonomi.

CIBJ 2019 di Jakarta
Foto: istimewa
CIBJ 2019 di Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Central Java Investment Business Forum (CJIBF) 2019 ke-15 diselenggarakan pada 5 November 2019 di Birawa Assembly Hall Hotel Bidakara Jakarta dengan tagline “Trust us to invest, realize your dream”. CJIBF) 2019 menawarkan peluang investasi di dua sektor unggulan Jawa Tengah (Jateng). 

“Kedua sektor tersebut diharapkan mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi, yaitu disektor pariwisata dan manufaktur, selain di sektor lainnya diantaranya properti, infrastruktur, energi dan agrikultur,” ujar Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Tengah, Ratna Kawuri, dalam keterangannya hari ini.

Dia mengatakan, peserta yang hadir dan berpartisipasi pada CJIBF tercatat sejumlah 500 orang. Terdiri dari calon investor dari luar negeri sebanyak 73 orang, dalam negeri 254 orang, pemrakarsa proyek dari kabupaten/kota dan provinsi sejumlah 70 orang serta undangan sejumlah 110 orang, mencakup duta besar negara sahabat, pemerintah pusat, asosiasi usaha tingkat regional hingga pusat, BUMN dan BUMD se-Jawa Tengah serta lembaga keuangan dan perbankan.

Yang menarik, termasuk juga sebanyak 59 investor dan pengusaha asal Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dari sektor industri kayu dan furnitur. “Rencananya pengusaha tersebut akan melakukan relokasi industri ke Jawa Tengah,” ujar Ratna.

Jawa Tengah kini menjadi primadona investasi dari berbagai negara. Iklim investasi yang sangat tenang dan ditopang oleh kemajuan pembangunan infrastruktur, membuat daya saing investasi Jateng kian membaik.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya bahwa sebanyak 11 perusahaan asal Tiongkok bakal direlokasi. Targetnya sebelum akhir tahun proses relokasi tersebut bisa selesai dan segera melakukan produksi. 

Pada September lalu, BKPM juga mencatat sebanyak 33 perusahaan asal negeri Tirai Bambu itu akan direlokasi, sebagai imbas dari perang dagang antara China dan Amerika. Rp 25,2 trilyun dan USD 1 milyar

Ditambahkannya, melalui pendaftaran peserta secara online telah terjaring sebanyak 33 kepeminatan investasi sebelum acara berlangsung. Lokasi yang diminati tersebar di 18 Kabupaten/Kota dengan nilai sebesar Rp 25,2 trilyun dan USD 1 milyar.

Angka kepeminatan investasi ini akan bertambah dengan adanya One on One Meeting dengan masing-masing pemrakarsa proyek setelah diskusi panel, kata Ratna.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dalam sambutannya mengatakan target investasi Jawa Tengah tahun ini sebesar Rp 47,42 triliun.

“Kami optimis mampu memenuhi target tersebut, karena kami punya daya saing dalam hal potensi, dukungan infrastruktur, tenaga kerja, dan sekaligus punya komitmen kuat untuk mendorong peningkatan investasi melalui kebijakan pro-investasi”, paparnya.

Dijelaskan, total investasi yang masuk pada periode 2015 hingga triwulan II 2019, baik PMA dan PMDN mencapai Rp 211,19 triliun. Terdiri dari investasi PMA sebesar Rp 110,85 triliun dengan 4.964 proyek yang menyerap 335.735 tenaga kerja, dan PMDN sebesar Rp 100,34 trilyun dengan 7.121 proyek yang menyerap 221.071 tenaga kerja.

Adapun investasi yang masuk di Jawa Tengah, kata Ganjar, paling banyak di sektor listrik, gas dan air, transportasi, gudang dan telekomunikasi, serta industri tekstil. Sedangkan daerah yang menjadi pilihan utamanya yaitu di Kabupaten Jepara, Kabupaten Batang dan Kabupaten Cilacap.

“Sediakan fasilitasi dan kemudahan serta jelaskan insentif yang akan diberikan kepada calon investor sehingga investasi di Jawa Tengah dapat terus berkembang. Dengan realisasi investasi yang tinggi, akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat”, pintanya kepada Bupati/Walikota dalam siaran pers.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam sambutannya di acara CJIBF mengatakan bahwa Jawa Tengah layak menjadi salah satu wilayah favorit bagi investor. Salah satu alasannya karena pelayanan perizinan di Jawa Tengah adalah yang terbaik dimana menjadi peringkat pertama sebagai penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Terbaik se-Indonesia dalam acara Investment Award 2018.

“Tentunya ini bukti bahwa pemerintah sudah support. Perizinan mudah menjadi modal utama dalam mengundang investasi,” ujar Bahlil dalam keterangan resminya hari di Jakarta (5/11).

Bahlil juga menyampaikan agar BKPM dan Pemerintah Jateng terus berkolaborasi untuk meningkatkan investasi industri furnitur di Jawa Tengah. Hal ini sejalan dengan pesan Presiden Jokowi agar pemerintah proaktif menangkap peluang investasi relokasi pabrik furnitur dari perusahaan-perusahaan yang terkena dampak perang dagang AS – Tiongkok.

“Kami (BKPM) sudah beberapa kali mempertemukan pengusaha-pengusaha furnitur di luar negeri dengan pelaku industri furnitur lokal. Harapannya agar mereka segera dapat bermitra dan membuat pabriknya di Jawa Tengah,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement