Kamis 31 Oct 2019 17:10 WIB

Tiga Kecamatan di Garut Alami Pergerakan Tanah

Warga diimbau gotong royong untuk menutup gerakan tanah.

Rep: Bayu Adji/ Red: Muhammad Hafil
Warga mengamati lokasi tanah yang amblas akibat bencana tanah bergerak di Dusun Delik, Candigaron, Sumowono, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (2/3).
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Warga mengamati lokasi tanah yang amblas akibat bencana tanah bergerak di Dusun Delik, Candigaron, Sumowono, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (2/3).

REPUBLIKA.CO.ID,GARUT -- Menjelang memasuki musim hujan, beberapa wilayah di Kabupaten Garut mulai terjadi pergerakan tanah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut mencatat sebanyak tiga kecamatan telah melaporkan kejadian pergerakan tanah, yaitu Kecamatan Cikajang, Malangbong, dan Cigedug.

Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Garut, Tubagus Agus Sofyang mengatakan, masing-masing kecamatan yang telah melaporkan itu terdapat dua titik pergerakan tanah. Artinya, saat ini sudah ada enam titik pergerakan tanah di Kabupaten Garut.

Baca Juga

"Saya sudah mengimbau ke seluruh kecamatan di Kabupaten Garut untuk mulai siaga dan waspada menjelang musim hujan. Kalau ada pergerakan tanah, langsung laporkan," kata dia saat dihubungi Republika, Kamis (31/10).

Ia mengakui, Kabupaten Garut merupakan salah satu wilayah rawan bencana pergerakan tanah. Menurut dia, hampir seluruh kecamatan di memiliki potensi untuk terjadi longsor. 

Namun, lanjut dia, di masing-masing wilayah mimiliki tingkatan kerawanan masing-masing, mulai dari rendah, sedang hingga tinggi. Selama ini, wilayah masuk kategori rawan longsor tinggi berada di Kecamatan Samarang, Banjarwangi, dan wilayah selatan Garut. 

Meski begitu, Agus menambahkan, dengan adaya pergerakan tanah di Cikajang, Malangbong, dan Cigedug, wilayah rawan longor dengan kategori tinggi bertambah. "Di Malangbong, Cikajang, dan Cigedug, yang semula level menengah naik ke tinggi karena ada retakan tanah. Itu hasil kajian PVMBG," kata dia.

Ia mengimbau, warga yang tinggal di wilayah berpotensi longor dengan tingkat kerawanan tinggi untuk selalu berhati-hati. Ketika terjadi gempa bumi atau hujan dengan intensitas tinggi lebih dari tiga jam, warga yang berada setidaknya 10 meter dari lokasi retakan tanah, diimbau untuk mengungsi.

"Jangan ambil risiko. Tapi saya sudah perintahkan kecamatan juga memberikan imbaun secara spesifik. Tak perlu diimbau mengungsi kepada seluruh warga, cukup yang berpotensi tinggi. Takut nanti kalau satu desa masyarakatnya panik semua," kata dia.

Ia mencontohkan, di Kampung Sukasari, Desa Mekarsari, Kecamatan Cikajang, terdapat ada enam rumah atau delapan kepala keluarga yang dekat dengan lokasi retakan. Seandainya ada gempa atau hujan intensitas tinggi selama satu jam, lanjut dia, harus langsung diungsikan.

Selain meminta warga lebih waspada, Agus juga telah menginstruksikan pemerintah desa mengajak warga bergotong royong menutup retakan tanah dengan lumpur. Menurut dia, itu merupakan salah satu antisipasi agar retakan tak cepat longsor.

"Karena adanya retakan itu, ketika musim hujan air masuk tambah banyak. Jika ditutup lumpur, pergerakan tanah ketika hujan itu lebih bisa diperlambat," kata dia.

Ia mengatakan, berdasarkan prakiraan Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), awal musim hujan di Kabupaten Garut terjadi sejak akhir Oktober. Hujan memang telah beberapa kali terjadi di Garut, tapi masih dalam intensitas ringan.

"Pokoknya warga, kalau musim hujan sudah masuk, kita tak boleh ambil risiko," kata Agus.

Sebelumnya, warga di Kampung Sukasari, Desa Mekarsari, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, memindahkan makam-makam keluarga mereka akibat terjadinya pergerakan tanah sepekan terakhir. Mereka kahawatir makam-makam itu akan terbawa longsor jika tak dipindahkan.

Aparat Desa Mekarsari, Teteng Ahmad Faqih mengatakan, pihaknya telah menyarankan kepada warga yang tinggal di bawah tebing itu untuk mengungsi jika malam hari. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi kejadian yang tak diinginkan.

Ia juga telah meminta aparat setempat untuk terus memantau pergerakan tanah yang terjadi. Jika semakin parah, warga diimbau untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. 

Ia juga mengimbau warga untuk terus waspada. Pasalnya pergerakan tanah itu sangat berpotensi untuk menimbulkan longsoran.

"Dulu pernah longsor, beberapa tahun terakhir. Itu baru sekali. Sekarang potensi lagi," kata dia, Rabu.

Ketika Republika mengunjungi lokasi pada Rabu, retakan tanah yang terjadi memiliki lebar sekitar 30 sentimeter, dengan kedalaman hingga 4,5 meter, dan menjalar hingga ratusan meter.

Kepala Dusun II, Desa Mekasari, Kecamatan Cikajang, Asep Toni mengatakan, hingga Kamis pagi belum ada penambahan retakan tanah yang signifikan. Ketika ia mendatangi lokasi, retakan tanah terpantau masih sama dengan sebelumnya.

Untuk mengantisipasi meluasnya gerakan tanah, pemerintah desa telah menginstruksikan warga untuk menebang rumput dan pohon bambu di sekitar lokasi. "Jadi retakannya tidak semakin meluas," kata dia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement