Kamis 14 Nov 2019 17:30 WIB

Julius Josel, Kisah Cinta dari Tanah Papua

Julius Josel merupakan peraih beasiswa sepak bola Pertamina pada 2011.

Julius Josel saat melakoni debutnya bersama tim senior Persib Bandung pada lawan kontra Arema, Rabu (13/11)
Foto: Persib Official Instagram
Julius Josel saat melakoni debutnya bersama tim senior Persib Bandung pada lawan kontra Arema, Rabu (13/11)

REPUBLIKA.CO.ID Oleh Abdullah Sammy

Sepak bola dan Papua merupakan kisah cinta yang terjalin lama. Di Papua, sepak bola bukan hanya urusan olahraga, melainkan juga sudah menjadi urusan perasaan.

Keterbatasan fasilitas serta medan yang sulit tak menghalangi kecintaan anak-anak Papua untuk terus mengolah si kulit bundar. Meski terkadang anak-anak itu mesti melewati hutan, gunung, hingga perairan untuk sekadar memperebutkan satu bola putih di tengah lapangan. Meski terkadang pula lapangan itu hanya sekadar tanah berpasir yang dilengkapi dua buah batu sebagai penanda arah gawang.

Dari tanah Papua bakat lapangan hijau senantiasa terlahir. Bakat yang tak sekadar mengharumkan Papua, tapi juga membawa nama Indonesia di lapangan sepak bola internasional.

Sejak era Rully Nere hingga Boaz Solossa, Papua tak berhenti mencetak pahlawan-pahlawan sepak bola Indonesia. Alhasil, lewat sepak bola, Papua membangun dirinya. Lewat sepak bola pula, Papua membangun citra dan nama baik Indonesia di panggung internasional.

Arti penting sepak bola bagi Papua sejak awal disadari Presiden Jokowi. Karena itu, sejak awal menjabat, Presiden bertekad membangun fasilitas sepak bola nomor wahid di provinsi paling timur Indonesia ini. Bagi Jokowi, Papua harus menjadi kiblat sepak bola yang terus mencetak atlet potensial bagi Merah Putih.

Misi Jokowi membangun Papua lewat sepak bola diwujudkan dengan merampungkan pembangunan Stadion Papua Bangkit pada Mei 2019. Stadion ini rencananya akan menjadi markas baru kesebelasan Persipura dan lokasi utama PON 2020.

photo
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kedua kiri) meninjau proses pembangunan Stadion Papua Bangkit di Jayapura, Papua, Senin (1/4/2019).

Saat meninjau Stadion Papua Bangkit pada April 2019, Jokowi kembali menegaskan bahwa Papua adalah barometer sepak bola Indonesia. Dia berpesan kepada jajaran pemerintah, terutama gubernur, agar terus memfokuskan urusan sepak bola di Bumi Cendrawasih. Jokowi sadar arti penting sepak bola bagi rakyat Papua.

"Fokus dua saja itu saja, setuju Pak Gubernur? Provinsi sepak bola dan provinsi atletik," ujar Jokowi dalam kunjungannya kala itu.

Sejak awal menapaki kursi presiden, Jokowi selalu menitikberatkan pembangunan manusia Papua seiring dengan pembangunan fasilitas. Sebab sepak bola adalah alat yang selalu menyatukan hati rakyat Papua sebagai bagian tak terpisahkan dari Indonesia.

"Papua memproduksi pemain bola yang benar-benar pemain bola. Ada Titus Bonai, Elie Aiboy, Boaz Solossa," ujar Jokowi.

Kepedulian presiden pada sepak bola Papua nyatanya ikut disambut sejumlah institusi. Tak terkecuali Pertamina yang sejak 2011 ikut terlibat dalam mendorong peningkatan fasilitas dan pembinaan sepak bola usia dini di Papua.

Sejak 2011, Pertamina telah meluncurkan program bantuan dan beasiswa sepak bola kepada anak Papua. Pertamina juga ikut mendukung sejumlah klub sepak bola lokal Papua. Salah satu dari klub bola yang digandeng Pertamina adalah klub Limalas Sorong.

Pada 2013, klub ini beranggotakan sekitar 40 anak-anak Papua yang berada di kisaran usia sembilan hingga 17 tahun. Mereka rata-rata adalah anak nelayan yang tingkat ekonominya terbatas. Setiap hari, anak-anak ini dilatih oleh seorang pegawai Bapeda Kota Sorong bernama Yopi MK.

Bersama rekannya Gelli Wuthoi, Yopi melatih anak-anak itu di lahan kosong yang terletak di sekitar Pelabuhan Feri Rakyat, Kota Sorong, Papua. Lapangan tempat berlatih Limalas FC ini begitu seadanya.

Lapangan tanpa rumput. Gawang pun tak ada. Hanya ada tanda berupa batu untuk menandakan ke mana bocah itu harus mengarahkan bola. Sekalipun kondisinya begitu terbatas, dari lapangan itu telah lahir bintang sepak bola macam Boaz Solossa dan Titus Bonai.

Di atas lahan berpasir putih itu, anak-anak didik Yopi dan Gelli berlatih setiap pukul 15.30 hingga 18.00 WIT. Mereka berlatih di tengah terik hingga hijan. Semua dilakukan demi rasa cinta dan mimpi besar agar kelak suatu saat satu di antara mereka mampu mengharumkan nama Papua dan Indonesia di lapangan sepak bola dunia.

"Siapa lagi yang melirik dan melatih anak Papua kalau bukan kami. Minat mereka besar, tapi tidak tertangani dengan baik," kata Yopi menjelaskan misi di balik Limalas FC.

Sebagai putra asli Papua, Yopi sadar bahwa provinsi ini dikaruniai bakat alam dari Tuhan. Banyak anak Papua yang dikarunai anugerah fisik dan teknik sepak bola alami sejak usia dini.

Namun, bagi Yopi, bakat alam saja tidak cukup. Perlu ada pembinaan sepak bola yang terencana dan terukur agar anak-anak itu tak berhenti di lapangan pasir putih. Limalas FC bertekad membawa anak-anak itu berkibar hingga keluar provinsi, bahkan luar negeri.

Mimpi Yopi dan Limalas FC ini mendapat perhatian dari Pertamina. Sejak 2013, Pertamina memberi dukungan fasilitas pembinaan bagi klub yang kini sudah beranggotakan ratusan anak Papua ini. Pertamina Foundation memberikan bantuan peralatan sepak bola, seperti bola, sepatu, kostum, hingga materi latihan kepada klub Limalas.

photo
Sejumlah siswa Sekolah Sepak Bola (SSB) Limalas Sorong, berlatih bola di Lapangan Pelabuhan Rakyat Sorong, Papua Barat, Kamis (18/4). PT Pertamina (persero) memberi bantuan perlengkapan pertandingan bola kepada 23 sekolah sepak bola di Papua Barat. ANTARA/Yusran Uccang/Koz/Spt/13.

Julius Josel

Tak hanya itu, Pertamina Foundation juga memberi beasiswa kepada beberapa anak Papua untuk mengikuti sekolah sepak bola, Pertamina Soccer School (PSS). Tak main-main, Pertamina Soccer School turut menggandeng klub raksasa dunia AC Milan.

Pertamina dan AC Milan mengadakan kerja sama berbentuk program bertajuk AC Milan Camp Junior. Sejak 2011, Pertamina memberi beasiswa bagi sedikitnya delapan anak Papua per tahun untuk bergabung dengan PSS dan AC Milan Camp Junior.

Salah satu anak Papua yang mendapat beasiswa itu bernama Julius Josel. Pada 2011, Julius Josel masih duduk di kelas tiga SMPN 9 Sorong mendapat kesempatan terbang ke Bali mengikuti AC Milan Camp.

Bakat Josel terus terasah lewat program beasiswa sepak bola Pertamina. Hingga akhirnya pada 2019 ini Josel pun mampu terjun ke sepak bola profesional. Hebatnya dia langsung direkrut oleh salah satu klub terbesar Indonesia, Persib Bandung.

photo
Julius Josel saat meraih juara Liga 1 U-219 bersama tim Persib junior

Pekan ini, Josel pun mencatatkan namanya untuk melakukan debut pertama kalinya di tim senior Persib. Josel diturunkan pelatih Persib, Robert Rene Albert, pada laga bigmatch Liga 1 melawan Arema pada Selasa (13/11). Di laga itu, Josel ikut berkontribusi mengantarkan Persib menang 3-0.

Dari lapangan pasir putih di pinggiran Kota Sorong, beasiswa sepak bola Pertamina Foundation telah mengantarkan seorang anak Papua bernama Julius Josel mencatatkan namanya di kasta sepak bola tertinggi Indonesia.

Julius Josel mengaku sangat bersyukur seusai menjalani debutnya. "Saya mengucapkan syukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas kasih dan kemurahan-Nya. Karena saya dapat menjalani debut dalam karier profesional saya," kata Josel dalam konferensi pers resmi Persib, Rabu (13/11).

Lagi-lagi, Julius Josel menjadi bukti kisah cinta sepak bola dan Papua. Kisah cinta makin menegaskan posisi Papua sebagai kiblat utama sepak Indonesia.

Lewat sepak bola, Papua membangun dirinya. Lewat sepak bola Papua ikut membangun Indonesia. Dahulu pernah ada era Rully Nere. Kini Tutus Bonai dan Boaz Solossa. Dan kelak masa depan sepak bola itu ada di tangan Julius Josel. Semoga....

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement