REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Kepala Desa (Kades) Kanekes, Lebak, Jaro Saija yang juga merupakan tokoh Suku Baduy luar menyebut meninggalnya lima pelajar karena tenggelam di Danau Gajeboh Baduy adalah karena tidak mengindahkan peraturan yang sudah diberitahu. Sebab, sudah ada rambu-rambu yang memberitahu kalau Danau itu terlarang pada Selasa dan Jumat.
"Sudah ada rambu-rambunya, ketika tamu masuk juga sudah diberitahu kalau Selasa dan Jumat itu mandi di Danau Gajeboh terlarang, bukan cuma wisatawan bahkan warga Baduy juga tidak boleh mandi di sana ketika Selasa dan Jumat itu," jelas Kades Kanekes, Jaro Saija, Sabtu (26/10).
Menurutnya, sudah menjadi kepercayaan warga Baduy bahwa setiap Selasa dan Jumat Danau tersebut memang harusnya dijauhi dan kepercayaan ini sudah dianut oleh warga Baduy sendiri sejak lama. Terlebih, pada peristiwa tenggelamnya lima pelajar tersebut para korban bersama rombongan orang ramai yang disebutnya membuat berisik area danau.
Danau gajeboh dikatakan Jaro Saija sebenarnya saat ini sedang surut lantaran musim kemarau, jadi kedalamnnya tidak seperti biasanya. Namun para korban ketika itu masuk kedalam bagian danau yang disebutnya dengan 'Leuwi jero' atau bagian danau yang kedalamannya sekitar lima meter lebih.
"Pernah ada korban juga, tapi udah lama sekali itu kejadiannya. Nah pas kejadian kemarin itu danau sedang surut sebenarnya. Tapi korban itu masuk ke Leuwi jero. Kedalamnnya sekitar lima meter lebih jadilah kejadian seperti kemarin," jelas Kades Kanekes.
Pemukiman suku Baduy memang menjadi objek wisata yang menarik untuk dikunjungi, terlebih untuk kunjungan wisata pendidikan demi mempelajari para warga Baduy menjalani kesehariannya. Namun, Jaro Saija mengharap agar kedepannya para wisatawan turut mematuhi kepercayaan dan aturan yang ada sehingga tidak terjadi peristiwa yang tidak diinginkan.
"Harus mematuhi peraturan, sebelum masuk kan dikasih tahu juga rambu-rambunya. Ada buku peraturan juga yang bisa dibaca ketika masuk," jelasnya.
Sementara Kabiddokkes Polda Banten, Kombes Pol dr Nariyana menyebut bahwa tewasnya para korban adalah murni karena kecelakaan tenggelam yang dialami. Dari hasil identifikasi yang dilakukan tim DVI Polda Banten, menurutnya tidak ada kemungkinan penyebab lain atas meninggalnya para korban.
"Dari proses identifikasi korban tidak ada luka, jadi ini murni karena kecelakaan tenggelam," jelas Kabiddokkes Polda Banten, Kombes Pol dr Nariyana
Kabiddokkes Polda Banten menyebut dari keterangan saksi mata yang ia dapat, dari lima korban tenggelam hanya dua orang yang bisa berenang. Para korban yang tidak bisa berenang ini akhirnya menarik korban yang bisa berenang sehingga kelimanya meninggal.
"Korbannya kan lima, yang dua bisa renang terus mau bantu tapi ditarik sama tiga orang yang nggak bisa renang. Mereka yang narik itu kan berat, ada tiga. Jadi kelimanya yang meninggal," terangnya.