REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Kebakaran di kawasan Gunung Guntur, Garut, Jawa Barat masih belum bisa ditanggulangi. Api yang membakar lahan kawasan cagar alam itu masih menyala hingga Jumat (25/10) sekitar pukul 17.00 WIB.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Tubagus Agus Sofyan memgatakan, kondisi angin yang kencang membuat api mudah menyambar. Selain itu, aksesnya yang berada di sekitaran puncak menyulitkan petugas untuk melakukan pemadaman.
"Kita masih lakukan upaya pemadaman. Api sudah mendingan, tapi kepulan asap masih banyak. Kalau angin kencang, merambat lagi," kata dia ketika dihubungi Republika.co.id, Jumat (25/10).
Ia menyebut, kebakaran itu terjadi akibat sambaran api dari Gunung Putri, yang masih masuk dalam kawasan Gunung Guntur. Padahal, pada Kamis (24/10) malam api di Gunung Putri sudah berhasil dipadamkan. Lantaran angin kencang, api kembali menyala dan merembet ke Gunung Guntur.
Agus mengatakan, luas lahan yang terbakar belum dapat dipastikan lantaran pendataan tak bisa dilakukan jika kondisi belum dipastikan aman. Namun, diperkirakan lahan yang terbakar lebih dari 10 hektare, apalagi saat ini api masih menyala.
Kawasan yang terbakar terletak di pos dua pendakian gunung. Karena itu, pendakian ke Gunung Guntur ditutup untuk sementara waktu.
"Saya juga sudah sampaikan ke petugas dan warga setempat. Kalau dibiarkan, berisiko. Asapnya yang bahaya, takut angin balik arah masuk daerah camping ground, celaka," ujar dia.
BPBD mencatat kebakaran di kawasan Gunung Guntur merupakan yang ketiga kali terjadi selama kemarau kali ini. Pertama pada Agustus, terjadi kebakaran sekitar 7 hektare. Kedua di Gunung Putri, yang masih satu kawasan Gunung Guntur pada Kamis sekitar 5 hektare. Terakhir, saat ini kebakaran belum dapat ditanggulangi.
Berdasarkan data Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (KSDA) Jawa Barat (Jabar), Seksi Konservasi Wilayah V Garut, setidaknya telah 22 hektare lahan di Gunung Guntur terjadi. Pada 21 Agustus lahan vegetasi berupa ilalang, semak belukar, dan kayu kering terbakar sekitar 20 hektare. Sebelum itu, Seksi Konservasi Wilayah V Garut telah mencatat dua kebakaran terjadi di Gunung Guntur, tapi luasannya masing-masing hanya sekitar 1-2 hektare.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah V, Dodi Arisandi mengatakan, kebakaran yang terjadi kali ini merupakan yang kali pertama di wilayah puncak Gunung Guntur. Sebelumnya, kebakaran hanya terjadi di wilayah pinggir gunung dengan ketinggian 2.249 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu. Menurut dia, penyebab kebakaran belum dapat diketahui.
Akses dan medan yang berat menuju puncak membuat pemadaman terkendala, sehingga api belum bisa dimatikan. Namun, petugas dibantu TNI/Polri, Badan Penangguangan Bencana Daerah (BPBD), serta masyarakat setempat, masih berupaya memadamkan api.
Dody mengaku belum mengetahui secara pasti total lahan yang terbakar. "Nanti kita akan ukur setelah pemadaman selesai," kata dia.