Kamis 24 Oct 2019 11:50 WIB

Posisi Mendikbud Dinilai Sesuai Tantangan Revolusi Industri

Mendikbud diingatkan tantangan klasik hingga kontemporer di bidang pendidikan.

Pisah sambut Mendikbud terdahulu,Muhadjir Effendy (Kiri) ke yang baru, Nadiem Anwar Makarim (Kanan)
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Pisah sambut Mendikbud terdahulu,Muhadjir Effendy (Kiri) ke yang baru, Nadiem Anwar Makarim (Kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar Erwin Akib menyatakan penunjukan Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) sesuai dengan tuntutan zaman di era Revolusi Industri 4.0. Negara perlu gagasan dan terobosan baru dalam dunia pendidikan.

"Sekarang adalah era Revolusi Industri 4.0. Era ini menunjukkan jika pengalaman, usia dan lainnya itu tidak mutlak menjadi penentu atau menjadi leader, kita butuh gagasan baru terobosan baru dan langkah awal ditunjuknya Nadiem Makarim merupakan pintu awal dari era itu," ujar Erwin Akib di Makassar, Kamis (24/10).

Baca Juga

Ia mengatakan jika melihat latar belakang usia dan pengalaman menteri termuda di Indonesia ini, pasti akan muncul keraguan dari berbagai kalangan. Banyak yang akan menyangsikan apakah usia muda dan pengalaman itu bisa memberikan perubahan besar dalam dunia pendidikan.

Namun menurut dia, Mendikbud yang baru cukup relevan dengan tantangan pendidikan di era disrupsi saat ini. Ia menyatakan tantangan dunia pendidikan saat ini berbeda dengan tantangan pendidikan pada dekade-dekade sebelumnya.

"Kita berada di era revolusi industri 4.0. Tantangan yang kita hadapi berbeda dengan dekade-dekade sebelumnya. Kita butuh sosok leader di bidang pendidikan yang memahami zaman baru ini," jelasnya.

Meskipun dirinya sangat optimistis akan adanya inovasi dan terobosan dalam dunia pendidikan di bawah kendali Nadiem Makarim, dirinya juga mengingatkan jika ingin menata lembaga pendidikan, mulai TK hingga SMA tidaklah mudah. Apalagi, Mendikbud harus memimpin puluhan ribu guru dan dosen, termasuk para guru besar yang tersebar di berbagai perguruan tinggi.

"Analoginya, Kemendikbud ini pesawat Boeing, besar dan banyak penumpang. Bukan pesawat tempur seperti F-16. Jika ingin melakukan perubahan, harus betul-betul dengan kajian matang, agar sesuai dengan kebutuhan semua stakeholder. Bukan pula kebijakan yang sekadar bersifat sensasional," katanya.

Erwin Akib menyatakan target Presiden Jokowi menunjuk Nadiem Makarim sebagai Mendikbud, agar terjadi kesesuaian antara kompetensi alumni lembaga pendidikan dengan kebutuhan dunia industri. "Kami memahami cara pandang Pak Jokowi, yang ingin pendidikan dikelola secara out of the box. Tidak terpasung dengan rutinitas dan tradisi selama ini. Kita harus melakukan lompatan," terangnya.

Secara khusus di level pendidikan dasar dan menengah, Erwin mengingatkan sejumlah tantangan dan masalah yang harus ditangani Mendikbud, mulai dari masalah-masalah klasik hingga kontemporer. Selain itu, pihaknya juga mendorong pemerataan akses teknologi dan informasi bagi seluruh jenjang pendidikan, khususnya di kawasan 3T. Pengembangan dan penguatan SMK (vocational school) juga perlu mendapat dukungan maksimal.

"Pak Nadiem harus menjawab soal nasib guru honorer, maksimalisasi sertifikasi guru, pemerataan sarana dan prasarana pendidikan, serta sebaran tenaga pendidik," urai Erwin.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement