Rabu 23 Oct 2019 22:35 WIB

BMKG: Suhu Panas di Indonesia tak Sampai 50 Celsius

BMKG mengatakan suhu panas di Indonesia tidak mencapai 50 derajat Celsius.

Rep: ayobandung.com/ Red: ayobandung.com

BOGOR, AYOBANDUNG.COM -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan suhu panas di Indonesia tidak mencapai 50 derajat Celsius. Dengan demikian, kabar tentang cuaca panas ekstrem hingga 50 derajat Celcius yang beredar di media sosial adalah tidak benar atau hoaks.

Kepala Stasiun Meteorologi Citeko, Kabupaten Bogor, Asep Firman Ilahi mengatakan, kabar tersebut tersebar pada 23 Oktober 2019. Pesan berantai tersebut menginfokan bahwa mulai Kamis (24/10/2019) sampai 3 hari ke depan masyarakat diimbau mengurangi akivitas di luar ruangan karena cuaca panas ekstrem akan melanda.

Kabar tersebut menyebutkan cuaca panas terjadi di 20 kota besar di Indonesia dengan kisaran 38 hingga 50 derajat celcius. "Berita tersebut adalah hoaks karena tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Sampai saat ini BMKG di seluruh Indonesia belum mencatat suhu ekstrim di atas 40 derajat celcius," ujar Asep melalui pesan singkat kepada Ayobogor.com, Rabu (23/10/2019)

Dia mengatakan jarak jangkauan suhu di daerah tropis seperti Indonesia berkisar antara 10-12 derajat celcius. Jika suhu minimum di suatu tempat tercatat 22 derajat Celcius, diperkirakan maksimumnya sekitar 32 hingga 33 derajat Celcius.

Saat cuaca normal, suhu di dataran rendah berkisar 22 hingga 33 derajat celcius dan dataran tinggi berkisar antara 14 hingga 26 derajat celcius.

Sementara itu sebelumnya Asep menginfokan bahwa udara panas tak seperti biasanya memang dirasakan di wilayah kota dan kabupaten Bogor sejak Senin (21/10/2019) namun tidak mencapai angka 38 bahkan 50 derajat celcius.

Berdasarkan data BMKG udara panas di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor pada Senin (21/10/2019) berada pada angka 30,3 derajat Celcius dengan kelembaban udara 27%. Sementara di Kota Bogor suhu udara tercatat hingga 36 derajat Caelcius.

Dia mengatakan, udara terasa panas saat ini disebabkan oleh posisi matahari yang baru saja bergulir ke arah selatan setelah berada tegak lurus di pulau Jawa.

"Ditambah lagi dengan peluang hujan yang masih rendah karena aliran masa udara dari timur masih kuat, sehingga mempersulit pertumbuhan awan hujan. Kondisi ini menyebabkan kelembaban udara di permukaan sangat rendah. Suhu udara tinggi dan kelembaban rendah menyebabkan udara gerah, panas menyengat dan sangat tidak nyaman," kata Asep.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ayobandung.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ayobandung.com.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement