Selasa 22 Oct 2019 21:37 WIB

Sawahlunto Coal Trail Marathon Lewati Jalur Warisan Dunia

Penyelengaraan Sawahlunto Coal Trail Marathon mengikutsertakan masyarakat.

Sawahlunto Coal Trail Marathon 2019.
Foto: Dok Republika
Sawahlunto Coal Trail Marathon 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, SAWAHLUNTO -- Untuk ketiga kalinya event sportourism  “Sawahlunto Coal Trail Marathon” (SCTM) kembali digelar. Salah satu event unggulan Kota Sawahlunto ini menjadi event yang ditunggu-tunggu para pelari lintas alam (trail runner).

Sawahlunto Runners sebagai penyelenggara pada tahun ini menghadirkan sesuatu yang baru dalam upaya memperkenalkan potensi baru wisata alam dan memberi kesegaran dalam event ini. Salah satu yang berbeda dari penyelenggaraan event ini adalah dari kategori yang diperlombakan.

Baca Juga

Selain kategori umum untuk jarak tempuh 17K, 25K dan 42K, kali ini panitia juga membuka jalur pendek khusus untuk pelajar dengan jarak tempuh 13K. Hal ini dimaksudkan untuk menggali potensi-potensi trail running sejak dini. Kategori ini juga diharapkan dapat menumbuhkan semangat berolah-raga, membangun pemikiran sadar wisata dan menjunjung tinggi budaya yang ada di masyarakat.

“Acara ini sangat menarik karena akan melawati tempat-tempat warisan dunia yang sudah masuk ke dalam salah satu warisan budaya di UNESCO. Salah satunya, pelari akan memasuki lubang kalam yang akan memberikan sensasi tersendiri yang tidak dapat ditemui di tempat lain. Bedanya lari ditempat lain dengan di Sawahlunto itu kita kerjasama dgn masyarakat dari empat  desa danbeberapa kelurahan serta disuguhi makanan tradisional yang disiapkan oleh masyarakat itu sendiri,” kata Wali Kota Sawahlunto Deri Asta melalui siaran persnya yang diterima Republika.co.id, Selasa (22/10).

photo
Peserta lari Sawahlunto Coail Trail Marathon 2017.

Sementara, Ketua Penyelenggara SCTM 2019 Tival Godoras mengatakan, jumlah peserta yang mengikuti SCTM pada tahun ini mengalami peningkatan. Yaitu, berjumlah 172 orang.

“Para pendaftar berasal dari dalam dan luar negeri. Peserta di antaranya  berasal dari Sumatra Barat, Riau, Medan, Palembang, Jakarta, Banten hingga NTB,” kata Tival.

Tival juga menambahkan antusias peserta tahun ini sangat baik. Ini karena jalur yang dilalui peserta ada sedikit perubahan  tetapi tetap mengutamakan tantangan dan pemandangan yang tak kalah menarik dari SCTM tahun sebelumnya.

“Hal menarik yang membuat SCTM tahun ini sangat diminati adalah seiring dengan pengembangan wisata geopark di Sumatra Barat, juga karena baru-baru ini Kota Sawahlunto mendapat pengakuan dari UNESCO untuk Kawasan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto sebagai salah satu warisan dunia,” kata Tival.

Menurut Tival, sudah menjadi ciri khas dari SCTM ini adalah peran masyarakat Sawahlunto yang sangat total dan menjadikan SCTM sebagai event berbasis kegiatan masyarakat. Di mana, ini bisa  memberikan ambience tersendiri untuk para pelari yang mengikuti kegiatan tersebut.

Masih dengan budaya yang kental dan kerifan lokal masyarakat sekitar, para pelari akan dimanjakan dengan keramahtamahan hingga sajian kuliner khas lokal yang dijadikan salah satu pengisi water station. Hal tersebut masih menjadi hal yang unik, yang belum tentu bisa ditemui pada event trail running lainnya di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement