Senin 21 Oct 2019 10:16 WIB

Kualitas Udara Palembang Masih tak Sehat Akibat Kabut Asap

Kabut asap pekat nampak memenuhi jalan-jalan di Kota Palembang pada Senin pagi.

Ilustrasi kabut asap di Kota Palembang
Foto: Antara/Mushaful Imam
Ilustrasi kabut asap di Kota Palembang

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Kualitas udara di Kota Palembang masih tidak sehat cenderung berbahaya akibat intensitas kabut asap yang menyelimuti wilayah tersebut belum reda hingga Senin pagi. Kabut asap pekat nampak memenuhi jalan-jalan di Kota Palembang pada Senin (21/10) rentang pukul 04.00 - 07.30 WIB.

Kabut asap itu beriringan dengan jam masuk sekolah yang kembali diaktifkan usai diliburkan pemerintah setempat sepekan terakhir. "Kabut asap memang lumayan tebal, tapi tidak separah minggu lalu, ya walaupun belum terlalu aman juga untuk anak-anak sekolah," kata warga, Rudi Winarto, saat mengantarkan anaknya sekolah.

Baca Juga

Jika kabut asap belum berkurang, ia khawatir kesehatan anak-anak akan terganggu. Jika Pemkot Palembang kembali meliburkan sekolah maka akan membuat orang tua siswa tidak khawatir.

Akibat asap Senin pagi, kualitas udara di Kota Palembang terpantau berbahaya. Menurut data air visual terintegrasi satelit pada rentang pukul 06.00 - 09.00 WIB, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) berada pada angka 356 dengan kategori berbahaya atau setara 306 mikrogram PM 2,5.

Sementara berdasarkan laman resmi LAPAN, terdapat 195 titik panas selama 24 jam terakhir di Wilayah Sumsel yang mayoritas berada di Kabupaten OKI, 87 titik di antaranya memiliki tingkat kepercayaan 80 persen. "Kami berharap semoga asap ini cepat hilang, bukan anak-anak saja yang terganggu, kami pun juga terganggu kalau lagi kerja," kata Rudi.

Sementara Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Bambang Beny Setiaji, mengatakan kemungkinan asap di Kota Palembang masih berasal dari wilayah OganKomeringIlir (OKI) mengikuti arah angin. "Selama musim kemarau, angin dari arah sana," ujar Beny.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement