Sabtu 19 Oct 2019 13:22 WIB

Ini Harapan Darmin untuk Kabinet Kerja II

Omibus law menjadi ujung tombak dari upaya perbaikan iklim investasi di Indonesia.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Esthi Maharani
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution
Foto: Biro Humas Kemenko Perekonomian
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution berharap pemerintahan pada Kabinet Kerja jilid II  dapat menyelesaikan kebijakan omnibus law. Darmin menilai, omibus law menjadi ujung tombak dari upaya perbaikan iklim investasi di Indonesia.

"Mudah-mudahan pemerintah yang datang akan selesaikan omnibus law. Ini langkah terakhir untuk perbaiki iklim usaha terutama dari arah perizinan," kata Darmin kepada awak media di kantornya, Jakarta, Jumat (18/10).

Omnibus law merupakan kebijakan yang baru diwacanakan pemerintah. Tujuan dari omnibus law untuk menyatukan lebih dari 70 Undang-Undang (UU) yang berkaitan dengan perizinan investasi di tiap-tiap sektor. Namun, pembuatan omnibus law merupakan pekerjaan yang cukup besar karena bakal menyatukan ragam regulasi.

Menurut Darmin, salah satu isu utama ekonomi bagi pemerintah yakn perbaikan berupa penyederhanaan perizina. Lewat iklim usaha yang baik, investasi diharapkan terus tumbuh. Khusunya investasi kepada industri yang menghasilkan produk substitusi barang impor. Khususnya bahan baku dan barang yang dibutuhkan industri pengolahan dalam negeri.

Selanjutnya, pemerintah menaruh harapan kepada para calon investor untuk mau mendirikan industri yang berorientasi ekspor. Menurut Darmin, industri yang berorientasi ekspor amat dibutuhkan untuk mengubah struktur ekonomi nasional.

"Sehingga kita bisa menikmati pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kita perlu ekspor," katanya.

Lebih lanjut, Darmin menggarisbawahi beberapa sektor industri berorientasi yang selama ini kurang diperhatikan. Yakni industri pengolahan hasil tambang, hasil perikanan, hasil perkebunan, hingga kayu dan produk kayu. Pemerintahan ke depan, harus terus membenahi sektor-sektor industri itu karena sangat potensial bagi Indonesia.

Ekspor komoditas akan sangat bergantung pada harga. Sementara, ekspor barang jadi akan lebih tahan terhadap fluktuasi harga global. "Kita sudah siapkan pelemahan ekonomi global saat ini sejak dua tahun yang lalu. Bahwa ada yang masih harus dibenahi, ya terus kita lakukan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement