REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Batam sedang bersiap menjajaki kerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi untuk membuat hujan buatan guna tetap menjamin ketersediaan air di daerah itu.
"Batam tidak punya sumber air sehingga selama ini mengandalkan air hujan yang dikelola. Namun akibat faktor cuaca, hujjan semakin jarang sehingga solusinya harus dibuat hujan buatan," ujar Kepala Bidang Pengelolaan Waduk, Kantor Pengelolaan Air dan Limbah Badan Pengusahaan (BP) Batam Hadjad Widagdo di Batam, Jumat (18/10).
Akibat faktor cuaca, curah hujan di Batam yang rata-rata cukup tinggi atau 2.400 mm per tahun terus berkurang. Dia mengatakan itu saat menjelaskan tentang pengelolaan air dan limbah serta lainnya di Batam kepada sejumlah wartawan unit Pemprov Sumut yang melakukan kunjungan ke Batam.
Rombongan wartawan unit Pemprov Sumut dipimpin Kabag Media Biro Humas dan Keprotokolan Setda Provinsi Sumut, Harvina Zuhra dan Ketua Forum Wartawan Pemprov Sumut Khairul Muslim. Menurut Hadjad Widagdo yang didampingi Kepala Sub Direktorat Hubungan Masyarakat BP Batam, Yudi Haripurdaya menyebutkan, penjajakan kerja sama dengan BPPT sedang dilakukan.
Kantor Pengelolaan Air dan Limbah BP Batam, katanya, akan mencaritahu sistem hujan buatan apa yang paling pas yang akan diadopsi untuk kota itu.
"Rencananya tahun 2020, hujan buatan itu akan mulai dilakukan. Tentunya hujan buatan dilakukan hanya untuk saat-saat tertentu seperti saat krisis hujan," katanya.
Selain membuat hujan buatan, ke depannya BP Batam juga sedang menjajaki pengelolaan air bersih dari air laut. Ada beberapa negara seperti Korea Selatan sedang menawarkan investasi sektor itu.
Dia menjelaskan, karena tidak ada sumber air, maka selama ini air hujan dikelola. "Beruntung Sumut dan daerah lain yang punya sumber air banyak," katanya.