Jumat 18 Oct 2019 20:54 WIB

Al-Battani, Sosok di Balik Jumlah 360 Hari dalam 1 Tahun

Al-Battani diakui dunia Barat sebagai astronom ulung.

Rep: Iit Septyaningsih / Red: Nashih Nashrullah
Astronomi Islam (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Astronomi Islam (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Lahir sekitar 850 Masehi (M), ilmuwan asal Irak ini mempunyai nama lengkap Abu Abdullah Muhammad ibn Jabir ibn Sinan al-Raqqi al-Harrani al-Sabi al-Battani. Orang Eropa memanggilnya dengan nama Albategnius. 

Al-Battani lahir di keluarga yang sangat mencintai ilmu perbintangan. Ayahnya merupakan ilmuwan astronomi bernama Jabir ibn San'an al-Battani.

Baca Juga

Sejak kecil, al-Battani sudah tertarik pada bidang keilmuan sang ayah, sehingga dia ikut menekuni ilmu astronomi. Usai keluarganya pindah ke Raqqah, pria yang lahir di Harran tersebut mulai melakukan berbagai penelitian.  

Salah satu karyanya yang paling populer yakni Kitab al-Zayj. Kalender astronomi tersebut dibuat sekitar 900 M secara cermat. Sekitar abad ke-12, kitab itu diterjemahkan ke bahasa Latin dengan judul 'De Scientia Stellarum' atau 'De Motu Stellarum'.  

Kitab al-Zayj berisi beragam hasil peneropongan al-Battani terhadap berbagai bintang tetap. Penemuan sang ilmuwan tidak hanya bermanfaat bagi Bangsa Arab tapi juga dunia luas. 

Seperti astronom Timur Tengah lainnya, al-Battani mengikuti berbagai tulisan Ptolomeus dan mengembangkan karya Ptolomeus berjudul The Almagest. Ketika mempelajari The Almagest, al-Battani justru mendapatkan penemuan besar, yaitu titik Aphelium.  

Titik Aphelium merupakan titik terjauh bumi saat mengitari matahari setiap tahunnya. Ia menemukan, posisi diameter semu matahari tidak lagi berada pada posisi yang dikemukakan Ptolomeus.  

Tak hanya berhasil dalam berbagai penelitian ilmu astronomi, Al Battani pun mumpuni di bidang ilmu pasti. Dirinya orang pertama yang menggunakan sinus dan consinus sebagai ganti hypotenuse yang sebelumnya digunakan bangsa Yunani.   

Berkat pengamatan al-Battani, kini kita bisa mengetahui dalam setahun terdapat 365 hati, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Penemuan ahli astronomi sekaligus pakar matematika Muslim itu dinilai akurat. 

Keakuratannya bahkan membuat ahli matematika asal Jerman bernama Christopher Clavius menggunakan hitungan al-Battani untuk memperbaiki kalender Julian. Setelah mendapat izin dari Paus Gregorius XIII, kalender diubah dan mulai digunakan pada 1582. 

Ahli Astronomi asal Prancis La Lande mengatakan, al-Battani termasuk salah satu dari 20 ahli astronomi dalam sejarah manusia. Lewat bukunya berjudul Sejarah Alam Semesta, La Lande menulis, al-Battani merupakan ahli astronomi paling terkenal pada masanya. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement