Senin 14 Oct 2019 13:13 WIB

Jateng Tindak Lanjuti Rekomendasi Kongres Sampah

Rekomendasi Kongres Sampah harus sudah diaplikasikan tahun depan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Indira Rezkisari
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat meninjau stand pameran inovasi pemanfaatan sampah/ limbah menjadi barang yang berguna, di arena Kongres Sampah 2019, di Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Sabtu (112/10). Beragam inovasi pemanfaatan sampah dipamerkan oleh tak kurang 40 stand dari pelajar, pegiat lingkungan hingga dunia usaha.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo saat meninjau stand pameran inovasi pemanfaatan sampah/ limbah menjadi barang yang berguna, di arena Kongres Sampah 2019, di Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Sabtu (112/10). Beragam inovasi pemanfaatan sampah dipamerkan oleh tak kurang 40 stand dari pelajar, pegiat lingkungan hingga dunia usaha.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah berkomitmen untuk menindaklanjuti hasil kongres sampah 2019. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bahkan telah membentuk tim kecil guna merumusan tahapan pelaksanaan rekomendasi Kongres Sampah tersebut.

Pada tahun 2020 hasil rumusan tim kecil ini sudah akan dieksekusi. "Yang pasti segera dieksekusi salah satunya pembentukan Satgas Sampah di seluruh desa/ kelurahan yang ada di Jawa Tengah," kata Gubernur, Senin (14/10).

Baca Juga

Sebelumnya, Kongres Sampah yang terselenggara 12 hingga 13 Oktober 2019, kemarin mengeluarkan empat rekomendasi akhir. Yakni pembentukan Satgas Sampah di seluruh desa di Jawa Tengah, mencanangkan gerakan pemilahan sampah 3 Ng yaitu Ngelongi, Nganggo dan Ngolah (mengurangi, memanfaatkan dan mengolah), memberi insentif pada inovasi pengolahan serta pembentukan Dewan Konsorsium Sampah Jawa Tengah.

"Saya lagi susun APBD, untuk kita rancang agar soal penanganan sampah bisa masuk. Terlebih kepala dinas LHK ditunjuk sebagai ketua Dewan Konsorsium Sampah yang juga melibatkan pengusaha, tokoh masyarakat, seniman dan lainnya," jelas Ganjar.

Jadi, lanjutnya, secara kelembagaan ada dan ini yang akan dijadikan acuan untuk mengeluarkan kebijakan. "Maka Kongres Sampah ini bukan sekadar acara kumpul-kumpul atau pertukaran wacana saja, namun ada tindak lanjutnya," tegas Gubernur.

Acuan kebijakan tersebut berupa rumusan yang saat ini tengah digarap oleh tim kecil yang terdiri dari kalangan pemerintahan, akademisi, aktivis serta inovator persampahan. Rumusan itu meliputi mana rekomendasi yang harus dibuat regulasi, mana yang perlu dukungan politik anggaran, mana yang jadi dorongan atau perintah terkait penanganan persampahan.

Tim ini sudah bekerja, dan segera menyiapkan percepatan di tahun depan. Ritmenya mengikuti politik anggaran yang sampai pertengahan November APBD akan diketok.

"Maka hari ini segera kita masukkan mana dan siapa saja yang mesti terlibat. Termasuk rangsangan dengan lomba. Lomba Satgas, bank sampah dan lainnya," katanya.

Untuk pembentukan Satgas Sampah, Ganjar mengatakan adalah hal yang sangat mungkin terlebih sudah ada embrionya di Desa Kesongo, tempat diselenggarakannya Kongres Sampah. Namun gerakan tersebut memang memerlukan waktu, tidak bisa tiba-tiba.

"Kongres Sampah ini adalah titik bertemunya para inovator, kreator dan pelaku yang masing-masing punya pengalaman baik untuk mengelola sampah. Ketika orang mudah marah soal sampah sebenarnya mereka berimajinasi seolah-olah mengatakan ayo kita bereskan dan kerjakan. Tapi bagaimana mengerjakannya? Praktik baik di level desa itu berbeda apalagi di perkampungan kota," katanya.

Perbedaan cara itulah yang akan diterapkan untuk mengatasi sampah di Jawa Tengah. Dia mengutip filosofi Jawa, deso mowo coro negoro mowo toto yang bermakna setiap wilayah punya kearifan lokal masing-masing, maka negara yang harus memadukan.

Hanya saja, ketika hal tersebut tidak terlalu efektif bisa dilanjutkan dengan membuat aturan. Urutannya dari imbauan ke masyarakat kemudian dilahirkan regulasi.

"Banyak orang yang tidak sabar sehingga orang menyampaikan bahwa ini harus cepat. Kemarin dapat cuitan dari Bu Susi, Bu Susi termasuk kategori orang tidak sabar. Karena apapun yang diomongkan dan gerakkan tidak terlembagakan dengan baik, padahal ini mengubah perilaku. Ada cara di setiap desa, itu filosofi yang mungkin banyak orang yang tidak menyadari itu. Ada lokalitas. Saya tidak suka menyeragamkan, tapi bagaimana di desa itu punya cara masing-masing," katanya.

Dengan adanya kelembagaan yang mengawasi sampah seperti Dewan Konsorsium Sampah yang telah dicanangkan di Kongres tersebut, Ganjar berharap memperoleh data riil soal persampahan dari dalam rumah hingga pengolahan.

Kalau itu sudah berjalan, menurut Ganjar akan lebih memudahkan pengelolaannya di TPA, misalnya di Cilacap, Semarang dan juga di Solo. Tiga Kota itu bisa dijadikan replikasi pengelolaan TPA di daerah lain.

"Kita ukur satu tahun nanti ada perubahan di setiap area atau tidak? Nah perguruan tinggi akan kita libatkan untuk ini. Saya kepinginnya kalau dari (kongres sampah) ini kemudian dibuat banyak kebijakan dan bisa berjalan dengan baik," tambahnya.

Untuk membuat aksi tersebut Ganjar mengajak masyarakat agar turut aktif dalam gerakan pemilahan sampah sejak dalam rumah. Agar lebih memudahkan gerakan itu Ganjar juga mengimbau terbentuknya komunitas peduli lingkungan sebanyak-banyaknya.

"Ayo buat komunitas di setiap daerahmu untuk mulai pemilahan sampah. Kemudian kita olah, atau berikan ke pengelola yang punya cara pengolahan yang benar," kata Gubernur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement