REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Insiden penusukan terhadap Menko Polhukam Wiranto dan aparat kepolisian pada Kamis (10/10) lalu di Pandeglang, Banten, sontak menghebohkan publik. Empat orang diserang oleh pasutri menggunakan belati secara membabibuta.
Namun, ada juga yang menilai insiden itu sebagai rekayasa seperti beragam pendapat yang muncul di media sosial. Menanggapi hal ini, Kabid Humas Polda Banten Komisaris Besar Polisi Edy Sumardi menyebut seharusnya masyarakat berempati atas sebuah musibah yang menimpa seseorang, bukan malah melontarkan hal-hal negatif.
"Ya kita harusnya bijak bermedia sosial, santun mencernanya, kita mestinya empati terhadap musibah ini, memiliki nurani untuk belajar mengambil hikmah dari kejadian ini dan kita tidak mudah untuk mengatakan hal-hal negatif," kata Edy, Ahad (13/10).
Dirinya menghimbau masyarakat untuk tidak mudah melontarkan tudingan tidak berdasar yang menunjukkan ketidakpedulian terhadap musibah pada sesama warga Indonesia. "Mari kita sebagai bangsa, sebagai bangsa yang beradab, memiliki nurani dan belajar merasakan apa yg orang rasakan," jelasnya.
Seperti diketahui penyerangan yang dilakukan tersangka berinisial SA dan FA di Alun-alun Menes mengakibatkan empat korban luka-luka, yaitu Menko Polhukam Wiranto, ajudan Danrem 064 MY, Kapolsek Menes dan tokoh UNMA Banten. Para tersangka berhasil menyelinap masuk penjagaan sekitar 200 personel gabungan Kepolisian dan TNI lalu melukai empat korban menggunakan belati.