REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Warga Kampung Sawah, RT 04/01, Desa Menes, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, digemparkan oleh peristiwa penusukan Menkopolhukam Wiranto. Pasalnya, tersangka pelaku merupakan salah satu warga yang tinggal di wilayah mereka.
Ketua RT 04/01, Kampung Sawah, Mulyadi mengatakan, dirinya tidak menyangka kalau tersangka pelaku Syahril Alamsyah (31) dan Fitri Andirana (21) akan melakukan tindakan seperti yang diberitakan.
"Nggak ada curiga ya, waktu ke sini juga identitasnya jelas. Pas datang ke sini juga saya datangin, biasa kan silaturahim komunikasi nggak ada apa-apa tuh biasa saja. Dia kan jualan madu, saya juga pernah beli madu dari dia," kata Mulyadi, Kamis (10/10).
Meski begitu, dia mengatakan, para tersangka pasangan suami istri ini memang tidak terlalu sering bergaul dengan masyarakat sekitar. "Terakhir interaksi itu hari sebelumnya, waktu sore lagi jalan sore sama anak istrinya. Saya tanya, ‘Abi mau ke mana?’ Kan semua orang di sini manggilnya Abi ya, dijawab ‘mau jalan-jalan nyari angin’," tutur Mulyadi.
Meski begitu, Mulyadi mengenang tidak pernah melihat para tersangka shalat di masjid bersama masyarakat kampung. "Nggak pernah lihat ya kalau shalat sama warga di sini. Tapi perilakunya sehari-hari baik jadi nggak menyangka aja bisa melakukan kayak gitu," ujar dia.
Sementara itu, salah seorang tetangga tersangka, Ina Isnawati (44) mengatakan, keseharian tersangka dinilai sopan dan sering bertegur sapa. Namun, memang para tersangka disebutnya jarang bersosialisasi dengan tetangga sejak tinggal di Kampung Sawah pada sekitar bulan Mei. "Memang ngobrol jarang. Keseharian orangnya tertutup jarang bersosialisasi dengan tetangga," katanya
Menurut Ina, selama para tersangka tinggal di Kampung Sawah, dirinya tidak pernah melihat Syahril Alamsyah atau Fitri Andriana shalat berjamaah di masjid. "Kalau buat shalat sama-sama warga di sini nggak pernah lihat ya, warga juga yang lain saya tanya nggak pernah lihat," ujar Ina.
Meski begitu, Ina menuturkan, para tersangka sehari-hari terlihat selalu mengenakan pakaian tertentu. "Sehari-hari penampilannya kalau yang laki-laki itu pakai celana yang panjangnya segini (menunjuk betisnya), bajunya mah beda-beda bisa koko atau kaus. Kalau perempuannya itu pakaiannya tertutup bercadar gitu, anaknya juga kalau keluar pakaiannya tertutup," kata dia.
Kediaman tersangka pelaku penusukan Menkopolhukam Wiranto, SA (31) dan FA (21) di Kampung sawah, Menes, Pandeglang, Banten, Kamis (10/10).
Sementara itu, Karopenmas Divisi Humas Polri, Dedi Prasetyo menyebut Syahrial Alamsyah alias Abu Rara sebelum melakukan aksinya memiliki rasa takut dan tertekan mendengar Ketua Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi Fazri Pahlawan alias Abu Zee Ghuroba beberapa hari lalu ditangkap. “Sehingga Abu Rara dan istrinya melakukan amaliah dengan bilang ke istrinya harus melakukan persiapan amaliah dengan benda-benda mematikan,” katanya di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (11/10).
Dedi melanjutkan, meski tidak terafiliasi dengan Ketua JAD Bekasi Abu Zee tersebut, Abu Rara pernah satu kali berkomunikasi dengan Abu Zee melalui media sosial. Bahkan, Abu Rara dan Fitri Andriana dinikahkan oleh Abu Zee sebelum mereka pergi dan tinggal di Kampung Menes, Pandeglang, Banten.
Dedi juga mengatakan, Abu Rara dan istrinya sudah melakukan persiapan dengan mereka melihat ada pejabat yang datang ke Lapangan Alun-Alun Menes. Tempat tinggal Abu Rara dan istrinya ke Alun- Alun Menes sekitar 300 meter.
Lalu, Abu Rara dan istrinya mendekat ke arah Wiranto dengan alasan ingin berswafoto. Para aparat keamanan sudah menghalau mereka. Namun, Abu Rara tetap menerobos dan langsung menusuk anak buah Wiranto yang bernama Fuad kemudian Wiranto. Kapolsek Menes Kompol Daryanto juga terluka di bagian punggung yang ditusuk oleh istri Abu Rara.
Mereka menggunakan pisau kunai khas ninja Jepang. Dedi mengaku pisau kunai tersebut melekat di tangan dan susah dilepas. “Aksi Abu Rara dan istrinya ini spontan. Mereka tidak tahu siapa pejabat yang mereka tusuk. Tapi tujuan mereka, pejabat dan kepolisian. Yang mereka tahu pejabat datang, masyarakat ramai berdatangan,” ujar dia.
Ia mengatakan, pelaku Abu Rara memang sudah dipantau selama tiga bulan. Namun, alasan belum ditangkap karena polisi belum menemukan adanya bukti perbuatan melawan hukum. “Saat itu di Kampung Menes belum ditemukan adanya persiapan atau bukti secara otentik yang melawan hukum yang dilakukan Abu Rara,” kata dia. n alkhaledi kurnialam/haura hafizhah ed: fitriyan zamzami