Kamis 10 Oct 2019 16:35 WIB

Pascainsiden Wiranto, Paspampres tak Tambah Pasukan

Paspampres sudah mengantisipasi pengamaman presiden.

Rep: Dessy Suci Saputri/ Red: Muhammad Hafil
Sejumlah warga memperhatikan rumah Fitri Andriana pelaku penusukan Menko Polhukam Wiranto yang dipasang garis polisi di Desa Sitanggal RT 007 RW 002, Brebes, Jawa Tengah, Kamis (10/10/2019).
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Sejumlah warga memperhatikan rumah Fitri Andriana pelaku penusukan Menko Polhukam Wiranto yang dipasang garis polisi di Desa Sitanggal RT 007 RW 002, Brebes, Jawa Tengah, Kamis (10/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Komandan Pasukan Pengamanan Presiden ( Paspampres), Mayjen TNI Maruli Simanjuntak memastikan tak akan ada penambahan pasukan pengamanan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Meskipun, terjadi insiden penusukan Menkopolhukam Wiranto.

"Tidak ada. Kami sudah siaga dan mudah-mudahan tak terjadi ya," kata Maruli kepada wartawan, Kamis (10/10).

Baca Juga

Ia menjelaskan, paspampres sudah mengantisipasi pengamanan Presiden. Selain itu, pengamanan Presiden juga dilakukan dengan menggunakan standard resiko yang tinggi.

"Tak perlu. Kita kan standar sudah high risk. Kalau kita gak tau kondisinya gimana harusnya bisa diantisipasi," ujar dia.

Maruli menegaskan, paspampres menjalankan pengamanan sesuai dengan standard operation procedure (SOP). "Ya kalau kami saat dropping harusnya sudah clear," tambahnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto diserang oleh orang tak dikenal saat melakukan kunjungan ke Pandeglang, Banten. Ia pun mengalami luka akibat penusukan dan dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto (RSPAD), Jakarta Pusat.

Selain Wiranto, sejumlah orang lainnya juga terluka. Mereka yakni ajudan Wiranto, Kapolsek Menes, dan seorang pegawai Universitas Mathla'ul Anwar.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement