Rabu 09 Oct 2019 20:16 WIB

Pengamat Sebut tak Ada Urgensi Gerindra Masuk Kabinet

Gerindra dalam banyak hal berseberangan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah.

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno
Foto: Nawir Arsyad Akbar / Republika
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai tidak ada urgensinya menarik kalangan oposisi, terutama Partai Gerindra ke dalam kabinet pemerintahan. "Rekonsiliasi itu tidak harus bagi-bagi kekuasaan politik. Tidak harus dapat jatah menteri," katanya, saat dihubungi di Jakarta, Rabu (9/10).

Apalagi, pengajar FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu mengingatkan Gerindra dalam banyak hal berseberangan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah. Gerindra, kata dia, dalam pemilihan umum menjadi simbol kekuatan oposisi yang menjadi kontrol bagi jalannya pemerintahan saat ini.

Baca Juga

"Kalau akhirnya Gerindra dapat posisi menteri, apa yang kemudian bisa dijelaskan kepada rakyat? Semuanya kan jadi seperti dagelan," ujarnya.

Adi menegaskan sejak awal sebagai penganut mazhab politik bahwa pemilu merupakan ajang kompetisi dengan konsekuensi pemenangnya menjadi penguasa, sementara yang kalah harus siap jadi oposisi. Menurut dia, masuknya oposisi dalam pemerintahan akan menjadi pembelajaran politik yang tidak bagus bagi rakyat.

Bahkan, kata dia, rakyat bisa saja semakin apatis terhadap partai politik dan enggan berpartisipasi dalam pemilu. "Untuk apa kalau semuanya akhirnya saling berkongsi? Rakyat memiliki logika sendiri yang barangkali berbeda dengan kalangan elite," jelasnya.

Selain itu, Adi mengatakan rekonsiliasi elite berbasis "power sharing" tidak menjamin apapun terhadap terjadinya rekonsiliasi di level bawah. "Karena itu, tidak ada urgensinya Gerindra masuk kabinet, baik secara politik maupun suasana batin kebangsaan. Biarkan saja berada di luar," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement