Rabu 09 Oct 2019 17:05 WIB

Konsumen Dukung Peredaran Minyak Goreng Curah Disetop

Konsumen mempersoalkan kualitas minyak goreng curah yang beredar di pasaran.

Rep: Febryan A/ Red: Nidia Zuraya
Seorang pedagang di Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya menunjukkan minyak goreng curah yang masih dijual bebas di pasaran, Senin (7/10).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Seorang pedagang di Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya menunjukkan minyak goreng curah yang masih dijual bebas di pasaran, Senin (7/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana Kementerian Perdagangan untuk menyetop peredaran minyak goreng dalam bentuk curah mulai 2020 mendatang ditanggapi positif oleh konsumen dari kalangan ibu rumah tangga. Sebab, minyak kemasan diyakini lebih higenis dibandingkan minyak curah.

Yuli (29 tahun), salah seroang warga Kelurahan Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mengaku, tak keberatan dengan rencana pemerintah tersebut. Sebab, ia pun dalam beberapa waktu terakhir juga sudah mulai beralih menggunakan minyak kemasan.

Baca Juga

"Ya tidak masalah (minyak curah dilarang beredar). Bakal lebih higenis. Kan banyak yang nipu juga kalau minyak curah, minyak daur ulang gitu," kata Yuli kepada Republika ketika ditemui di kediamannya, Rabu (9/10).

Selain lebih higienis, menurut Yuli minyak kemasan juga memiliki kualitas yang lebih bagus dibandingkan minyak curah. Hal itu terbukti ketika kedua jenis minyak ini dipakai secara berulang-ulang.

"Kalau minyak curah tiga kali pakai sudah hitam banget. Tapi kalau kalau minyak kemasan gak terlalu hitam walaupun sudah tiga kali pakai," tutur Yuli yang dalam sepekan menghabiskan sekitar dua kilogram minyak goreng untuk kebutuhan rumah tangganya.

Adapun terkait perbedaan harga, Yuli mengaku tak terlalu ambil pusing. Sebab, perbedaan harganya tak terlalu jomplang. Hanya sekitar Rp 1.000 hingga Rp 2.000.

Perhitungan Yuli didasarkan harga rata-rata penjualan minyak goreng di pasaran. Minyak goreng curah kini dijual rata-rata di angka Rp 12.000 per kg. Sedangkan minyak kemasan dijual di kisaran Rp 24.000 per dua liter. Adapun satu liter minyak jika dihitung dalam kilogram, maka hanya seberat 0,9 kg.

"Ya, walaupun beda, kan cuma beda sedikit. Tapi kalau ada diskon di swalayan, harga minyak kemasan bahkan jauh kebih murah dibandingkan minyak curah," ucap Yuli.

Hal senada disampaikan warga Kota Depok, Lona (26). Ia pun tak keberatan jika peredaran minyak curah disetop oleh pemerintah. Selain juga sudah mulai beralih menggunakan minyak kemasan, Lona juga tidak terlalu yakin akan kehigenisan minyak curah.

"Saya biarlah mahal sedikit dibandingkan beli minyak curah kan diragukan, ya, higienisnya. Kabarnya itu ada juga yang minyak daur ulang," ucapnya.

Sebelumnya, Mendag Enggartiasto Lukita, pada Ahad (6/10) menyatakan akan melarang peredaran minyak goreng dalam bentuk curah mulai Januari 2020 dengan dalih tak sehat dan tak higenis. Sebagai gantinya, minyak goreng kemasan akan dipasarkan secara masif dengan harga yang dijanjikan lebih terjangkau.

Selain tak higenis dalam proses distribusinya, menurut Enggar, proses produksi minyak goreng curah juga rentan dioplos dengan minyak jelantah. Sedangkan konsumen, banyak yang tak bisa membedakan minyak goreng curah dari parbrikan dengan minyak goreng jelantah (minyak goreng bekas pakai) yang dimurnikan warananya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement