Rabu 09 Oct 2019 00:50 WIB

IDI Jayapura Buka Poliklinik Layani Pengungsi Wamena

Pembukaan klinik itu menyusul demonstrasi anarkis yang berujung kerusuhan di Wamena.

Suasana pengungsi Wamena di posko pengungsian Tongkonan, Kotaraja, Jayapura, Papua, Senin (7/10/2019). Pemerintah Kota Jayapura menyediakan tempat untuk menampung pengungsi dari Wamena.
Foto: ANTARA FOTO/Gusti Tanati
Suasana pengungsi Wamena di posko pengungsian Tongkonan, Kotaraja, Jayapura, Papua, Senin (7/10/2019). Pemerintah Kota Jayapura menyediakan tempat untuk menampung pengungsi dari Wamena.

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Jayapura, Provinsi Papua, membuka poliklinik untuk melayani pengungsi asal Wamena, Kabupaten Jayawijaya yang masih ditampung di Tongkonan, Kotaraja, Distrik Abepura. Pembukaan klinik itu menyusul demonstrasi anarkis yang berujung kerusuhan di Wamena pada Senin (23/9) lalu.

"IDI Kota Jayapura bekerja sama dengan Wali Kota Jayapura membuka poliklinik untuk pelayanan kesehatan pengungsi di Tongkonan, Kotaraja," kata Ketua IDI Kota Jayapura, dokter Samuel Madi Padang Baso di Jayapura, Selasa (8/10).

Baca Juga

Dua dokter umum dan sepuluh perawat selalu siaga di Tongkonan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pengungsi. Petugas kesehatan memberikan pelayanan setiap hari selama masih ada pengungsi.

"Kalau ada pengungsi yang sakit kami rawat gratis dengan bantuan dari Pemerintah Kota Jayapura dan itu sudah berjalan," ujarnya.

Dari pelayanan kesehatan yang dilakukan, kata dia, pengungsi kebanyakan kelelahan, menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), dan demam. Tidak ada penyakit berat yang ditemukan.

"Kami harapkan pengungsi tetap sehat dan kembali beraktivitas, dan dia tidak stres. Kita harapkan ke depan peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi sehingga betul-betul cinta damai itu terjadi di Papua, bukan hanya slogan," katanya.

Ia menambahkan, peristiwa ini agar tidak terjadi lagi, karena merugikan warga tidak hanya di Papua tetapi seluruh warga Indonesia.

Demonstrasi yang berujung kerusuhan di Wamena, pada Senin, 23 September 2019 itu menyebabkan 33 orang meninggal dunia, baik warga pendatang maupun warga Papua.

Pendemo juga merusak dan membakar ratusan bangunan milik pemerintah maupun swasta di daerah tersebut. Kini pemerintahan mulai berangsur normal, jumlah pengungsi sangat fluktuatif karena adanya penambahan dari kabupaten tetangga, masyarakat yang akan ke luar dari Wamena juga masih cukup tinggi.

IDI juga menyalurkan bantuan untuk pengungsi korban yang masih ditampung sementara di Tongkonan, Kotaraja, Distrik Abepura.

"Sebagai tanda kasih, teman-teman kita pengungsi dari Wamena, IDI Kota Jayapura memberikan sumbangan berupa makan, minuman, dan juga ada uang sedikit," kata Samuel.

Menurut dia, beragam bantuan yang diberikan berupa masker, minyak gosok, biskuit, pempers dan juga uang. Dokter Samuel tidak menyebutkan jumlah uang yang diserahkan kepada pengungsi.

Pemberian bantuan ini sebagai tanda bahwa dokter-dokter juga turut menyumbang dan memberikan kasih kepada pengungsi-pengungsi Wamena ini untuk meringankan beban mereka.

"Kita ketahui bahwa memang ini sesuatu yang berat tetapi kalau kita bersama maka semua masalah bisa teratasi," kata dokter yang sudah bertugas di Papua selama 27 tahun ini.

Dokter Samuelmenambahkan bantuan yang diberikan tidak seberapa, dan jangan dilihat dari jumlahnya tetapi diharapkan bermanfaat bagi para pengungsi dan membantu mereka.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement