Selasa 08 Oct 2019 05:00 WIB

Wakapolda: Kasus Wamena Jadi Pembelajaran

Wakapolda Papua mengingatkan aparat agar tidak terlena di kondisi tenang.

Kegiatan beberapa sekolah di Wamena, Papua, Senin (7/10). Di antaranya di SMAN 1 Wamena dan SMPN 1 Wamena.
Foto: Dok Pendam XVII Cenderawasih
Kegiatan beberapa sekolah di Wamena, Papua, Senin (7/10). Di antaranya di SMAN 1 Wamena dan SMPN 1 Wamena.

REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA  -- Wakil Kepala Kepolisian Daerah Papua Brigjen Polisi Jacobus Marjuki menyatakan kerusuhan massa yang terjadi di Jayapura, 29 Agustus 2019, kemudian berlanjut di Wamena, 23 September 2019, menjadi pembelajaran penting bagi semua pihak. Kasus ini membuat kepolisian harus lebih sigap dan tegas ke depannya.

"Pengalaman di Wamena dan Jayapura itu menjadi pembelajaran penting bagaimana kita harus lebih jeli mengantisipasi dan lebih tegas menghadapi situasi yang terjadi supaya anggota Polri yang di lapangan juga tidak merasa serbasalah. Semua sudah ada standar operasional prosedurnya," kata Brigjen Pol. Jacobus di Timika, Senin.

Baca Juga

Wakapolda berpesan kepada seluruh jajaran TNI dan Polri di Timika maupun pemkab setempat agar tidak terlena dengan situasi tenang dan nyaman di wilayah itu sekarang ini. Para separatis akan menggunakan cara yang tidak terduga.

"Ternyata di belakang itu sudah ada rencana tertentu. Jangan sampai kita tidak mengantisipasi hal itu," ujarnya.

Ia mengatakan bahwa situasi keamanan di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, sekarang ini berangsur-angsur kondusif sehingga aparat meminta warga tidak lagi eksodus keluar dari Wamena agar pemulihan sendi-sendi kehidupan ekonomi bisa pulih kembali.

Sementara itu, di Ilaga, ibu kota Kabupaten Puncak, Senin pagi, Bupati Puncak Willem Wandik bersama para tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama setempat mengikrarkan pernyataan sikap damai sehingga ke depan wilayah yang rawan bergejolak akibat serangkaian teror penembakan oleh kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) itu bisa kondusif kembali.

Wakapolda mengatakan bahwa saat ini pengungsi yang masih tinggal di posko pengungsian sementara di Wamena (sekitar 22 titik) berkisar 5.000 orang. Terbanyak di Polres Jayawijaya, Kodim Jayawijaya, koramil, dan Lanud Wamena.

Geliat kehidupan ekonomi di Wamena mulai terlihat dengan dibukanya toko-toko dan kios-kios yang menjual aneka bahan kebutuhan pokok dengan pengamanan penuh oleh aparat TNI dan Polri.

"Kami juga mendorong agar aktivitas belajar dan mengajar di sekolah-sekolah bisa dimulai kembali. Memang ada gedung sekolah yang terbakar habis, seperti perguruan tinggi Yapis, itu butuh rehabilitasi total. Akan tetapi, yang lain bisa dibuka kembali," harap Brigjen Pol. Jacobus.

Sementara itu, pengungsi yang dievakuasi ke Jayapura sebagian sudah pulang ke kampung halaman masing-masing. "Di Jayapura sekitar 2.000 orang yang telah kembali ke daerah masing-masing," jelasnya.

Wakapolda berharap adanya pernyataan sikap damai antartokoh masyarakat di Ilaga, Senin pagi, mengedepankan pendekatan preventif dan komunikatif terhadap kelompok-kelompok yang bisa memicu konflik di wilayah itu.

Menurut dia, kekerasan bersenjata yang masih terjadi di Ilaga akhir-akhir ini masih ada kaitannya dengan sisa-sisa konflik saat pemilu anggota legislatif dan pemilu presiden, 17 April 2019.

Ia menegaskan bahwa komunikasi memainkan peran yang sangat penting untuk menatap masa depan yang lebih baik di Kabupaten Puncak.

"Adat kita hormati, para tokoh agama kita akan libatkan semua supaya persoalan ini bisa segera diatasi. Apalagi, kita akan menghadapi pra-Natal. Maka, semua daerah di Papua dilakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan," kata Brigjen Pol. Jacobus.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement