Senin 07 Oct 2019 21:21 WIB

Kendaraan Pribadi Biang Kerok Bandung Kota Termacet

Sarana transportasi umum di Kota Bandung kurang menunjang.

Kemacetan arus balik arah Tol Pasteur, di Jalan Djunjunan, Kota Bandung, Selasa (19/6).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Kemacetan arus balik arah Tol Pasteur, di Jalan Djunjunan, Kota Bandung, Selasa (19/6).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung EM Ricky Gustiadi menyebut salah satu penyebab Kota Bandung mendapat label kota termacet se-Indonesia karena warganya yang masih memilih menggunakan kendaraan pribadi ketimbang menggunakan moda transportasi umum.

“Jumlah pertumbuhan kendaraan (pribadi) cukup tinggi dibanding jumlah pertumbuhan pembangunan infrastruktur jalan. Artinya, (jalan raya) masih didominasi pengguna kendaraan pribadi," kata Ricky di Bandung, Senin (7/10).

Baca Juga

Saat ini warga yang menggunakan kendaraan pribadi mencapai 80 persen, sedangkan warga yang menggunakan transportasi umum hanya 20 persen. Dengan demikian, kata dia, wajar jika kemacetan kerap terjadi di wilayah Kota Bandung.

Warga yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, menurutnya bukan tanpa sebab. Ia menilai saat ini sarana transportasi umum di Kota Bandung kurang menunjang.

Selain itu, transportasi umum pun menurutnya kurang memiliki ketepatan waktu yang jelas. Akibatnya warga lebih memilih menggunakan kendaraan pribadinya masing-masing baik roda dua maupun roda empat.

Senada dengan Ricky, Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana pun menyebut warga Bandung belum tentu memilih menggunakan transportasi umum yang kurang memiliki ketepatan waktu. Meski transportasi umum dinilai nyaman, kata dia, warga lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi demi mencapai tujuan dengan waktu yang diinginkan.

"Kalau sekarang orang beralih ke transportasi massal meski nyaman tapi tidak bisa memprediksi waktu sehingga orang juga belum tentu mau," kata Yana di Balai Kota Bandung.

Meski demikian, Ricky mengatakan telah berupaya maksimal menekan kemacetan meski Pemerintah Kota Bandung memiliki keterbatasan anggaran dalam menyediakan transportasi umum yang baik. Ia akan terus mengimbau masyarakat agar menggunakan transportasi umum demi kelancaran lalu lintas,

“Solusinya sudah ada dalam rencana strategis Dishub Kota Bandung tahun 2018 sampai dengan 2023. Harus mencapai 25 persen yang menggunakan angkutan umum dalam melakukan mobilitas setiap hatinya,” kata Ricky.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement