Senin 07 Oct 2019 08:45 WIB

Guru yang Mengungsi Diminta Kembali ke Wamena

Bupati Jayawijaya menegaskan kondisi di Wamena sudah aman.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Karta Raharja Ucu
Pengungsi korban konflik di Wamena menangis setibanya di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (3/10/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Pengungsi korban konflik di Wamena menangis setibanya di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (3/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAWIJAYA -- Pemerintahan di Kabupaten Jayawiya menjanjikan aktivitas pendidikan dan pelayanan masyarakat akan mulai berjalan pada hari ini, Senin (7/10). Terkait hal itu, guru-guru yang sempat meninggalkan wilayah itu menyusul kerusuhan di Wamena pada Senin (23/9) lalu diminta kembali untuk mengajar.

Bupati Jayawijaya John Richard Banua menjamin wilayahnya sudah pulih dan aman untuk kembali ditinggali. "Kondisi sudah aman. Untuk pendidikan dan pemerintahan, besok (hari ini-- Red) sudah harus dikembalikan (normal)," kata John, saat dihubungi Republika, Ahad (6/10).

Ia menjelaskan, khusus unit sekolah dan pendidikan, kondisinya tak mengkhawatirkan. Meski rusak, unit itu masih dapat menjadi sarana aktivitas belajar-mengajar seperti biasa.

"Sekolah-sekolah tidak dibakar. Hanya kaca yang pecah-pecah," ujar dia.

photo
Kondisi Wamena, Papua pascaricuh ( Ilustrasi)

Adapun para guru memang belum semuanya kembali. Walakin, ia mengatakan, sekitar 70 persen para pengajar masih berada di Wamena. John berharap para guru yang belum dapat kembali karena berada di pengungsian untuk dapat pulang.

Permintaan untuk kembali ke Wamena juga ia sampaikan kepada warga pendatang.

"Saya minta untuk pulang kembali. Sudah aman. Anak-anak supaya bisa kembali sekolah," ujar John.

Damaris, salah seorang guru sekolah dasar di Wamena, mengatakan ingin kembali mengajar. "Karena tugas, tanggung jawab. Sebenarnya belum siap mengajar karena masih trauma," kata Dama ris yang mengungsi di Kodim 1702/Jayawijaya, Ahad. Damaris mengatakan, meski masih merasakan trauma, ia siap jika diminta kembali beraktivitas mengajar agar pendidikan anak-anak tidak terhambat.

"Kita buka sekolah tunggu anak-anak," kata perempuan asal Toraja yang sudah mengajar sejak 2005 itu.

photo
Pengendara melintasi Kantor Bupati Jayawijaya yang terbakar saat aksi unjuk rasa di Wamena, Jayawijaya, Papua, Senin (23/9/2019).

Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat mengatakan, nantinya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Kemensos akan mendukung kembali aktivitas pendidikan di daerah itu. "Kami akan bertemu dan mengumpulkan guru- guru karena ba gai manapun jika mereka akan kembali mengajar anak-anak tentunya trauma. Mereka dulu yang harus dipulihkan," kata Koordinator Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Kemensos Milly Mildawati.

Pemkab Jaya wijaya sejak pekan lalu juga men data bangunan fisik yang mengalami kerusakan. Ketua Tim Pendataan dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Mian Siahaan menerangkan, pen da ta an tersebut dilakukan untuk mengetahui kepas tian be rapa banyak rumah maupun aset pribadi yang mengalami rusak dan dibakar.

Tidak cuma didata, akan tetapi kami juga mengumumkan di radio supaya warga melaporkan kalau ada rumahnya yang rusak, hancur, atau dibakar, kata dia kepada Republika, Ahad. Mian menerangkan, tim pendataan baru berhasil memverifikasi sekitar 256 rumah dan ruko yang rusak karena dibakar. Verifikasi ia lakukan agar ada kepastian tentang kepemilikan.

photo
Suasana pertokoan yang dirusak massa saat aksi unjuk rasa yang berujung anarkis di Wamena, Kamis (3/10/2019).

Namun, Mian mengaku, pendataan belum dilakukan untuk memberikan ganti rugi. "Untuk sementara ini, kita hanya diminta untuk mendata saja. Belum ada instruksi lain (untuk pembangunan kembali)," ujar Mian.

Jumlah data tersebut, ungkapnya, pun hanya sementara karena tim pendataan terbagi dalam tiga kelompok. Dari pendataan sementara yang Mian amati, kebanyakan adalah aset pribadi berupa rumah dan pertokoan yang hancur karena dibakar. Ia mengakui, kebanyakan aset pribadi ter sebut milik para pendatang. Kendati ada juga sejumlah aset pribadi milik warga lokal, aset itu tengah disewakan untuk keluarga pendatang.

Mian menambahkan, rencana pemerintah setempat untuk kembali mengaktifkan kegiatan pendidikan dan pelayanan masyarakat memang harus disegerakan. Khusus kegiatan belajar-mengajar, PUPR memang belum menemukan adanya gedung sekolah yang hancur. "Kalau sekolah memang tidak (belum ditemukan) ada yang hancur di bakar," kata dia.

photo
Pengungsi korban konflik di Wamena menangis setibanya di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (3/10/2019).

Sejumlah bangunan pemerintahan yang Mian amati pun tak mengalami kondisi yang mengenaskan. "Paling kaca saja yang rusak," sambung dia.

Namun, kata Mian, yang menjadi kendala saat ini yakni soal kebutuhan listrik. Meski situasi keamanan di Kota Wamena berangsur pulih dan aman, energi penerangan untuk khalayak masih belum stabil.

Saat Republika menghubungi Mian, Ahad sore, Kota Wamena dalam kondisi mati listrik. "Sudah dua hari ini listrik suka mati kalau malam," kata Mian. Adapun soal akti vitas perekonomian, sejumlah ak ti vitas pasar dan pertokoan yang sempat tutup sudah mulai beroperasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement