Senin 07 Oct 2019 03:07 WIB

Kemenkes: Warga Merasa Aman Tinggal di Pengungsian

Pada malam hari, mereka tidur di tenda dan kembali ke rumah pada siang hari.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Ratna Puspita
Sejumlah relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Maluku membangun sarana Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) darurat bagi para pengungsi korban gempa bumi di lokasi pengungsian Desa Waai, Pulau Ambon, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Sabtu (5/10).
Foto: ANTARAFOTO/izaac mulyawan
Sejumlah relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Maluku membangun sarana Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) darurat bagi para pengungsi korban gempa bumi di lokasi pengungsian Desa Waai, Pulau Ambon, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Sabtu (5/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Ahmad Yurianto menjelaskan bertambahnya pengungsi gempa bumi Ambon, Maluku, lantaran warga merasa aman jika tinggal di pengungsian, khususnya pada malam hari. Ia menjelaskan para pengungsi bukan orang-orang yang memang kehilangan rumah atau warga yang terdampak secara langsung. 

Ia mengatakan kondisi ini seperti pada gempa di Nusa Tenggara Barat (NTB) beberapa waktu lalu. Pascagempa, penduduk lebih merasa nyaman jika malam hari tidur di tenda.

Baca Juga

"Mereka bukan pengungsi murni. Seperti NTB, pascagempa penduduk lebih merasa nyaman jika malam hari tidur di tenda. Siang mereka kembali ke rumah. Kecuali yang rumahnya hancur," kata Ahmad, Ahad (6/10). 

Ahmad, yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, mengatakan, semua bantuan sudah masuk dan terus mengalis sesuai kebutuhan. Untuk pelayanan kesehatan, dikendalikan oleh Dinas Kesehatan Maluku.

"Bukannya semua bantuan sudah masuk dan terus mengalir sesuai kebutuhan. Peran Kemenkes mem-back up full, temasuk menugaskan pusat krisis untuk mendampingi langsung di lapangan," kata Ahmad.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan posko penanganan darurat bencana hingga kini mengidentifikasi sejumlah kebutuhan yang masih diperlukan selama tanggap darurat ini, seperti selimut, matras, air minum, air bersih dan kebutuhan logistik kesehatan. Kebutuhan personel dengan latar belakang kesehatan juga masih dibutuhkan seperti dokter umum, bidan dan perawat, apoteker dan tenaga psikososial.

Bantuan logistik tahap kedua BNPB telah tiba di Ambon kemarin. Total bantuan logistik yang telah diberikan sebagai berikut selimut 5.500 lembar, tenda gulung 5.000 unit, matras 3.919 lembar, sandang 500 paket, family kit 200 paket, tenda keluarga kapasitas besar 15 unit, rumah sakit lapangan satu unit dan light tower portable satu unit.

Agus mengatakan, BNPB telah mengucurkan dana siap pakai sebesar Rp 2 miliar yang bisa digunakan pemerintah daerah (pemda) untuk keperluan penanganan darurat bencana, kebutuhan dasar pengungsi, dan sebagainya. Apabila dana itu kurang untuk penanganan bencana, maka pemda bisa meminta kembali.

Di sisi lain, kata Agus, banyak pihak juga membantu penanganan darurat bencana di Ambon, Maluku. "Kalau pemda kurang bisa minta lagi. Dan tentunya pemda juga punya dana, dan banyak pihak lain yang bantu juga," tuturnya.

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah penyintas gempa bumi Ambon, Maluku mencapai 135.875 orang per Ahad (6/10) pukul 08.00 WIB, sedangkan dua hari sebelumnya sebanyak 111 ribu jiwa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement